sumber foto dari sini |
Manusia dan alam tidak dapat dipisahkan. Allah menciptakan Bumi dan segala sumber daya yang ada untuk dimanfaatkan dengan baik oleh kita semua. Namun, mengeksploitasinya dengan tidak bertanggung jawab juga merupakan hal yang salah. Banyak pihak yang semestinya belajar dari pengusaha Sukanto Tanoto yang bersahabat dengan lingkungan hidup.
Sukanto Tanoto merupakan pendiri grup Royal Golden Eagle, sebuah korporasi skala internasional yang banyak memanfaatkan sumber daya alam menjadi komoditas berharga. Tak heran, julukan sebagai Raja Sumber Daya melekat kepadanya.
Kini, Royal Golden Eagle memiliki aset senilai 18 USD. Semua itu tak lepas dari kesuksesannya dalam mengembangkan industri berbasis sumber daya alam seperti kelapa sawit, pulp and paper, energi, selulosa, hingga kayu lapis.
Untuk mengembangkan bisnisnya, Sukanto Tanoto memanfaatkan potensi lahan yang terbengkalai. Lihat saja perkebunan kelapa sawit yang dikelolanya. Luasnya 1,5 kali lipat dari luar Singapura. Selain itu, pabrik pulp and paper yang dimilikinya di Kerinci merupakan yang terbesar di dunia.
Namun, Sukanto Tanoto tidak mengeksploitasi alam. Ia tahu persis bahwa merawat alam adalah hal yang lebih penting. Ketika kita bersahabat dengan lingkungan, mereka akan memberi lebih banyak bagi kita. Maka, kiprah Royal Golden Eagle selalu berpegang pada prinsip keberlanjutan.
"Saya selalu percaya bahwa perlindungan lingkungan seharusnya tidak menjadi beban bagi perusahaan, tapi justru menjadi sebuah sumber daya yang kaya bagi perusahaan sepanjang hal itu dilakukan dengan perilaku yang baik dan komprehensif. Saya akan mengeluarkan dana untuk proteksi lingkungan, serta melakukan riset dan mengkajinya," kata Sukanto Tanoto. Wah bijaksana sekali ya blio, semoga banyak pengusaha lain yang terinspirasi.
Pria kelahiran Belawan ini ingin menyadarkan banyak pihak bahwa merusak alam adalah suatu hal yang justru merugikan. Ketika terjadi kerusakan lingkungan, korporasi besar sering disalahkan. Sesungguhnya, bagi mereka, bencana adalah hal yang merugikan.
Perusahaan yang bergerak dalam pemanfaatan sumber daya hutan seperti Royal Golden Eagle justru tidak diuntungkan sama sekali bila terjadi bencana seperti kebakaran hutan. Pasalnya, imbasnya bagai efek domino yang merugikan kinerja bisnis.
Kebakaran dapat merusak hutan, mengurangi nilai dan produktivitas aset-aset, serta menciptakan kabut asap. Pembakaran secara liar juga dapat memiliki dampak negatif bagi lingkungan yang signifikan: Nutrisi tanah berkurang, kualitas air menurun, belum lagi risiko dengan erosi tanah, yang semakin merugikan manajemen hutan tanaman secara berkelanjutan akan terjadi. Alhasil, pembalakan liar hanya menghasilkan kerugian.
Untuk itu, Sukanto Tanoto selalu mengingatkan agar kinerja semua perusahaan di bawah naungan Royal Golden Eagle untuk selalu bersahabat dengan alam. Bersahabat dengan alam penting demi kelangsungan bisnis, apalagi ada lebih dari 60 ribu orang karyawan yang menggantungkan hidup pada mereka. Para pegawai Royal Golden Eagle itu tak hanya ada di Indonesia, mereka juga ada di Singapura, Malaysia, Filipina, Kanada, Brasil, hingga Finlandia.
Prinsip Pengelolaan Bisnis 5C
Demi memastikan kinerja Royal Golden Eagle bertanggung jawab terhadap alam, Sukanto Tanoto menggariskan sebuah prinsip kerja. Ia mengistilahkannya sebagai prinsip 5C yang harus dijalankan di semua perusahaan di bawah kendalinya.
Prinsip 5C sebenarnya merupakan kependekan dari Good for Community, Good for Country, Good for Climate, Good for Costumer, dan Good for Company. Prinsip ini adalah basis panduan operasi semua perusahaan di bawah grup Royal Golden Eagle.
Dimulai dari prinsip pertama, Good for Company. Sebagai sebuah institusi bisnis, mau tak mau profit mesti dikejar. Jika perusahaan tidak bisa menghasilkan untung, maka mereka tidak akan bisa bertahan.
Agar bisa seperti itu, Sukanto Tanoto memberi sebuah kiat menarik yang dapat ditiru oleh para pengusaha lain. Ia mengatakan, “Do the right thing and do the thing right.” Secara garis besar sosok kelahiran 25 Desember 1949 ini hendak menyatakan bahwa semua langkah bisnis perlu dipikirkan dengan masak-masak.
Sebelum mengambil langkah, pikir dulu dengan baik. Jika sudah, lakukan dengan benar. Eksekusinya mesti tepat. Jika tidak, sebagus apa pun rencana yang disusun pasti tidak akan berdampak dengan baik.
Selanjutnya adalah mengenal maksud prinsip Good for Community. Sukanto Tanoto tidak mau perusahaannya merugikan masyarakat. Ia malah hendak menjadikannya sebagai institusi yang menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Jadi, Royal Golden Eagle tidak hanya mengejar keuntungan semata.
Hal tersebut Ia buktikan dengan nyata ketika krisis finansial menerpa Indonesia pada sekitar tahun 1997. Kala itu, banyak perusahaaan yang gulung tikar akibat depresiasi nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang signifikan.
Royal Golden Eagle juga tidak lepas dari ancaman. Namun, Sukanto Tanoto bisa menyiasatinya dengan baik. Dan, pada masa itu sebuah perintah “janggal” dilakukan. Saat krisis membuat kondisi tidak menentu, ia malah meminta semua perusahaannya untuk memperbanyak kegiatan Corporate Social Responsilibilty.
Salah satu langkah yang dilakukan perusahaan Sukanto Tanoto adalah mendirikan komite pertumbuhan komunitas dan memulai program Sistem Pertanian Terpadu. Kini, program itu sukses dalam meningkatkan taraf hidup orang banyak.
“Kalian harus terus memperhatikan masyarakat sekitar, tidak hanya para karyawan, tapi juga komunitas,” demikian pesan Sukanto Tanoto terhadap pengelola perusahannya. “Hal ini tidak terbatas pada mendidik masyarakat dengan membangun sekolah. Masyarakat harus makan, mereka harus bertahan hidup. Jadi ketika pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, para pengusaha harus masuk untuk segera memenuhi kebutuhan tersebut.”
Membantu Pemerintah Sembari Menjaga Lingkungan
Sukanto Tanoto juga menggariskan prinsip Good for Country. Hal ini merupakan wujud nasionalisme yang tinggi. Dirinya berharap Royal Golden Eagle yang dipimpinnya mampu berkontribusi bagi kemajuan Indonesia.
Hal ini sudah dilakukan secara nyata. Lihat saja bagaimana Ia bisa menyulap sumber daya alam menjadi komoditas berharga. Ia tercatat sebagai pionir beragam industri seperti kayu lapis, pulp and paper, dan kelapa sawit di Indonesia. Pencapaian itu pernah membuatnya mendapatkan penghargaan sebagai “Pengusaha yang Mampu Membuat Keajaiban” dari mendiang Presiden Republik Indonesia, Soeharto.
Namun, kontribusinya tidak terhenti di situ. Saat ini, Pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo hendak mengejar target peningkatan daya listrik di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah mengejar target sumber listrik 35 ribu megawatt.
Upaya tersebut tidak akan bisa dicapai sendiri oleh pemerintah dan dukungan swasta jelas dibutuhkan untuk merealisasikannya. Dalam hal ini, akhirnya salah satu perusahaan Sukanto Tanoto dengan jeli menerapkan prinsip Good for Climate untuk membantu negara.
Prinsip tersebut muncul belakangan karena kegelisahan Sukanto Tanoto terhadap perubahan iklim secara global. Maka, menjaga kelestarian lingkungan merupakan hal wajib yang dilakukan oleh Royal Golden Eagle. Semua praktik perusahaan harus bersahabat dengan alam dan berkelanjutan.
Berkat hasil pemikiran tersebut, mereka mampu memanfaatkan limbah kelapa sawit menjadi sumber energi listrik ketimbang sia-sia belaka. Beberapa pembangkit listrik dengan bahan dasar limbah kelapa sawit didirikan. Salah satunya ada di Kerinci.
Listrik yang dihasilkan digunakan untuk operasi pabrik dan perusahaan. Sisanya yang masih banyak diberikan kepada masyarakat sekitar secara gratis. Dampaknya, energi listrik yang terbarukan muncul.
Hal itu melengkapi kebijakan antipenebangan hutan yang dijalankan oleh Royal Golden Eagle. Mereka bahkan tercatat menanam sekitar 200 juta pohon per tahun. Semua itu memperlihatkan komitmen nyata Sukanto Tanoto dalam mengelola bisnisnya agar bersahabat dengan alam. Ia tahu persis bahwa alam akan memberi lebih banyak ketika kita mampu merawatnya dengan baik.
Semoga bermanfaat.
Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha