-->
Menu
/
Bismillah,
Assalamualaykum,


Udah berapa lama ya gak nge-review film, terakhir terniat nge-review Avanger Endgame tapi gak tertulis tulis haha.

Dan review kali ini emang aku sempatin banget ditengah-tengah deadline tulisanku yang padat merayap *lalu dikeplak netijen wkwk

Senin lalu, minggu pertama Joker tayang di bioskop, eh tiba-tiba si Aa’ ngajak nonton, ya aku gak nolaklah haha. Bisa diitung lah kami moviedate. Trus langsung cek aplikasi, yaelah masih sepi penonton, cus lah pesan di tempat aja. Sore jam 4 kami berangkat, film tayang jam setengah lima haha, Alhamdulillah bioskop cuma lima langkah agak naik motor 5 menit, sampelah.

Gak ada ekspektasi apa-apa nonton film ini, cuma penasaran aja kok bisa dia jadi tokoh antagonis di serial komik Batman. Memang pande kali lah penulis naskah film ini ya *cari duit*, tokoh komik mulai diangkat satu per satu kisah hidupnya, ckckc, awak tukang beli tiket dan duduk syantik aja ya kan di depan layar bioskop yang gede itu trus nonton filmnya deh haha.

Scene dibuka dengan setting kota Gotham tahun 70-an apa 80-an gitulah dalam suasana ruangan perusahaan Haha, yang memperkerjakan para badut dan komedian, tampak Arthur Fleck sedang duduk di depan cermin dengan riasan wajah badut menatap kosong dan lalu melebarkan mulutnya, seolah membuat senyum.

Kalau aku praktekkan, sakit kali buat senyum yang dipaksakan itu, ketarik total mulut kita kiri kanan, macam dikoyakkan.

Lalu Arthur beraksi di sebuah jalan di kota Gotham sambil bawa papan iklan dirinya, kemudian datang sekelompok anak berandalan yang merebut papan iklannya. Arthur mengejar mereka setengah mati dengan kostum badut lengkap sepatu gede badut, terjatuh-jatuhlah Arthur mengejar anak berandalan ini. Sampai di sebuah lorong, mereka sembunyi dan menghantam papan itu ke tubuh Arthur. Arthur rebah dan ramai-ramai mereka menendangnya.

Kebayang ya, adegan pembukaan aja udah menyedihkan kayak gini, aku udah gelisah aja menanti adegan malang lainnya yang menimpa Arthur.

Kemudian Arthur pulang naik bus, dengan wajah masih bersisa riasan badut di pinggir-pinggir pipinya. Dia duduk di belakang seorang ibu yang bawa anak. Anaknya senang sama Arthur, jiwa badut Arthur terpanggil dong, eh mamak si anak nge-gas, Arthur dituduh mengganggu anaknya.

Dan kondisi kota Gotham saat itu memang sedang krisis, penduduk miskin dimana-mana, tapi ya gitu, negara mengurus mereka seperti setengah-setengah, dan kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin tampak jelas, belum lagi pas dimomen pemilihan walikota.

Bisa jadi, kondisi kota dan penduduk yang kayak gitu membuat semuanya saling curiga, merasa gak aman dan nyaman.

Pas Arthur di gas mamak gardam versi kota Gotham di dalam bus itu, Arthur malah ketawa-tawa. Tertawanya itu beda, bukan ketawa bahagia, tapi ketawa menyiksa. Aku aja yang nonton lihat Arthur ketawa, ya Allah, menyedihkan sekali orang ini huhu.

Dan memang Arthur sedang dalam kondisi yang dinamakan efek pseudobulbar (PBA) penyakit yang membuat penderitanya tertawa dan menangis tiba-tiba, dan di Arthur kondisi terbalik, yang seharusnya sedih, dia tertawa, dan yang seharusnya lucu dia malah sedih.

Karena keadaan anehnya inilah, dia sampai bawa kartu kemana-mana yang bertuliskan bahwa dia ada sakit mentalnya, dan mamak yang nge gas tadi akhirnya minta maaf, sebab udah tau kondisi Arthur.

Untuk sakitnya ini, Arthur udah emang berobat, kalau di Indonesia dia pakai BPJS lah gitu ya haha. Efek PBA ini gak bisa sembuh, sebab yang kacau adalah saraf di otak, solusinya jadi ketergantungan obat, semacam obat penenang lah gitu dan buku catatan. Jadi, Arthur bawa buku catatan kemana-mana. Mungkin saran psikiater dia juga.

Ketika sampai di lokasi yang udah dekat rumahnya. Dia tinggal di apartemen kumuh, yang jalan ke apartemennya itu melewati 1000 anak tangga haha, ya Allah aku aja yang lihat dia jalan dengan lemah lunglai itu capek, apalagi Arthur ya huhu.

Setiap dia sampai di apartemen, dia wajib lihat loker, berharap ada surat disana, namun tidak pernah ada.

Arthur tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan sakit, sakit mental pula. Ibunya ini selalu menyuruh Arthur mengirimakan surat untuk Thomas Wayne.

Siapa Thomas Wayne ini?

Duh reviewku mengandung spoiler parah kayaknya haha, bakal kena kiriman martabak bertubi-tubi ini dari para netijen tercintah.

Aku balik lagi menceritakan mamak si Arthur yang bernama Penny Fleck. Karena sakit mental, Penny ini selalu memaksa anaknya pasang wajah bahagia, kalimat sakti mamaknya itu

Always put on a happy face

Jadi, Arthur ini gak dikasi kesempatan sama mamaknya untuk merasakan emosi lain selain happy, apakah itu emosi kesal, marah, kecewa, dll. Nah itu sebab mamaknya punya panggilan istimewa ke Arthur, Happy.

Ketika di rumah pun, mamaknya gak nanya kondisi anaknya, apakah lelah, kabar anaknya gimana? Yang ditanya tau apa?

Apakah ada balasan dari Thomas Wayne? Dia harus tahu kalau kita hidup susah dan miskin, ayahmu itu hartanya banyak, lalalala

Dalam hatiku pas lihat mamak Arthur, ya Allah, ini mamak kok egois kali lah, kenapa dia menghabiskan sepanjang sisa hidupnya, dengan terus mempertanyakan balasan surat orang yang sedetikpun gak pernah memikirkan kehidupan mereka, apalagi balas surat, gaes -_-

Kenapa mamaknya gak berjuang untuk fokus memberikan pengasuhan, perlakuan dan kondisi terbaik pada anak satu-satunya?

Eh diujung cerita aku baru paham kenapa mamaknya begitu, huhu.

Singkat cerita, di tempat kerja Arthur punya kawan yang kayaknya baik tapi pengkhianat, bos perusahaan Haha yang menuduh dia dan memecatnya, lalu ada pembawa acara tv favorit Arthur dan mamaknya, Murray Franklin Show, yang ternyata juga licik, yang paling menghujam jantung saat dia beranikan diri bertemu Thomas Wayne, sang calon walikota yang ternyata adalah … adalah…adalah…, Thomas Wayne ini pun licik juga.

Terus ada wanita di lift, yang memotivasi Arthur untuk membunuh apa bunuh diri gitulah, soalnya wanita itu hanya kasi kode tangan seperti pistol dan diletakkan di sisi kening, lalu mulut seolah mengucap 'boom'

Pokoknya Arthur hidup di lingkungan penuh orang yang mencap dia jahat, pengkhianat, pecundang. Udahlah Arthur sakit mental, lingkungan kayak gitu pula, punya mamak sakit jiwa. Paket komplit pake telor lah kehidupan Arthur ini.

Malangnya lagi saat dinas sosial tempat dia menebus obat dan melakukan konseling, eh ditutup karena bangkrut, konselor kesayangannya yang selalu mendengar cerita dia pun terpaksa berhenti, begitu juga obat-obatannya.

Kemudian sampailah kita pada adegan bunuh membunuh ala Arthur, aku auto tutup mata dan berpegangan tangan sama si Aa’ *eaaak

Jelang film berakhir, terungkap fakta bahwa Penny Fleck juga sakit jiwa, pernah dirawat di RSJ.

Menurutku dan menurut penggemar serial Batman. Penny ini memang punya sakit jiwa, suka berdelusi. Parahnya dia mengadposi anak pula. Anak inilah si Arthur.

Arthur kecil selalu dapat perlakuan kasar dari pacar Penny, dan Penny gak berbuat apa-apa.

Kondisi Penny yang delusi aku jadi teringat film Tully, seorang ibu yang mengalami delusi, bagus filmnya 👍 duh mamak mamak ini memang harus sehat jiwa raganya ya huhu

Akibat perlakuan kasar Penny, Arthur
banyak menderita benturan di kepalanya, sehingga efek cedera dirasakan ketika sudah dewasa, trauma apalagi.

Arthur juga mengalami delusi-delusi, yang aku pikir itu adegan nyata atau flashback, tapi itu adegan delusinya dia, oh my…

Wajar banget, pada akhrinya Arthur menyimpulkan bahwa hidupnya,

Aku gak pernah bahagia semenit pun dalam hidupku

Aku pikir hidupku adalah tragedi tapi ternyata komedi

Kalimat sakti yang paling makjleb kali adalah saat Arthur tampil di Murray Franklin Show,

Sistemlah yang membuat kalian memilih dengan sesuka hati mana yang benar dan salah menurut kalian, sama seperti kalian memilih tertawa atau tidak saat mendengarkan lelucon

Adegan pembunuhan Arthur pertama di kereta api, pas pula yang dibunuh adalah dua pemuda kaya, menjadi epic gitu dimata orang-orang miskin, padahal kan Arthur membela diri saat disituasi itu.

Ketika melakukan pembunuhan itu Arthur masih stelan badut. Sejak saat itu kostum badut jadi symbol pergerakan di kota Gotham dan menginspirasi lahirnya Joker.

Kondisi terakhir yang difilmkan, adalah fakta dari negara penganut sistem kapitalis, gaes, pemilik modal lah yang berkuasa. Aku jadi bercermin dengan kondisi hari ini, belum lagi pasca demo lalu huhu.

So, kalau ada muncul pernyataan bahwa orang jahat ada karena orang baik yang tersakiti, plis itu statement bahaya banget.

Bahaya bagi yang gak nonton Joker dari awal sampai akhir, parahnya jika statemen itu dibenarkan oleh anak remaja dan dewasa muda kita, trus auto jadi jahat, ya gak gitu juga lah.

Rasulullah SAW aja, dijahatin sedemikian rupa oleh kaumnya, tetap aja teguh pendirian jadi pribadi baik dan terbaik. 

Oiya aku mau ingetin juga, hati-hati dengan OST That’s Life, isi liriknya, kok ya kayak ngajak hidup pesimis. Begitulah hidup, deritanya tiada akhir, ini kenapa jadi kalimat sakti Tipatkai haha.

Kamu Bukan Joker, Pahami Siapa Dirimu Sebenarnya

Sekaliber Arthur aja, sadar dia sakit, dia sampe berobat loh, rutin temui psikiater. Nah kita, kalau udah mentok, merasa gak ada jalan keluar, semua orang menyalahkan, membully, dan melakukan hal negatif lainnya, udah sampai ke usaha jumpai ahli untuk cek mental kita belom?

Belum tentu kan?

Didukung pula dengan artis korea yang baru-baru ini bunuh diri. Se-gak pedulinya kita sama orang di sekitar kita saat ini loh, sampai merasa gak ada lagi orang yang mau dengar keluh kesah kita?

Sejatinya membangun self esteem atau ketahanan diri itu memang dari pola pengasuhan di rumah. Jika kita gak dapat pola pengasuhan itu, yok berlatih untuk menciptakannya.

Jika sadar diri ini banyak sampah mentalnya, ayok berusaha sembuh, temui ahli bila perlu, lakukan self healing.

Aku pernah dalam kondisi yang dialami Arthur, dan terapi menulis sangat membantu merilis jiwaku, namun ternyata gak cukup, usia awal menghadapi Khalil rewel yang saat itu dua tahun, inner childku muncul, aku merasa kayak monster T_T

Alhamdulillah sekarang jauhhh lebih baik, aku belajar, aku berlatih, ikut workshop self healing, ikut pelatihan sana sini, berkumpul dengan para guru parenting.

Bahagia itu pilihan loh, kita yang memilih.

Misal, kita pilih mendengarkan omongan orang lain tentang kita, atau kita lebih memilih gak mendengarnya?

Untuk kesehatan kewarasan jiwa, ya pilih gak mendengarkanlah.

Ketika dapat chat whatsapp yang gak enak, tinggal kita delete for me kan?

Ketika ada orang yang gak menyenangkan di sosmed , tinggal hide post kan?

Simpel gaes, simpel! Ya sekarang simpel, dulu haha, kepooo

Dan baper itu, bawa perasaan, kalau bisa jangan lebay, biar gak baper, kumpulkan data, apa yang buat kita baper, dengan data itu, gak ada yang perlu dibaperkan sebenarnya.

Yang harus kita lakukan adalah,

FOKUS

Fokus memperbaiki kualitas diri kita, dengan begitu kita sibuk dengan diri, tak sempat lagi melihat diri orang lain yang begini yang begitu, yang kurang ini, kurang itu.

Fokus memperbaiki kualitas diri bisa dengan mulai memahamkan lagi pemahaman agamanya, kajian tauhid dikencangkan, kajian memahami bacaan al qur’annya digaskan.

Terus, hati-hati menasihati orang lain, karena bisa jadi, kondisi dia saat itu hanya perlu didengarkan, bukan dinasehati. Mulut ini kadang payah pulak direm ya kan, tiba-tiba sok bijak kita.

Banyak-banyak berdoa, doa mempermudah urusan, yakni doa yang dilafalkan Nabi Musa saat menghadapi Fir’aun.

Sungguh, film Joker ini berat, pulang nonton, kami berdiskusi panjang selama perjalanan. Yuk ah bep, nonton apalagi kita after this? Haha

Semoga bermanfaat ^^

4 comments:

  1. Judulnya perlu ditambahi (beware of spoiler)������
    Bioskopnya jarak 5 langkah dari rumah dengan jarak tempuh 5 menit naik motor. Langkah siapakah itu?������

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya harusnya, makanya blm ku share di fb kak haha

      Delete
  2. Aku gak punya martabak, jd lempar pancake duren ajalah. Hahaha.. Makasih spoilernya mak..

    ReplyDelete

Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha

Powered by Blogger.