Pengarang : Madun Anwar & Sukma El-Qatrunnada
Halaman : 213 halaman
Cetakan : I , Januari 2019
Penerbit : Loka Media
Bismillah,
Assalamualaykum,
Kapan ya terakhir kali bahas cinta-cintaan? Hmm…hmm… *gak cocok jadi Nisa Sabyan nih haha
Duluuu sekali zaman baru beberapa bulan tamat Aliyah, lalu teman-teman pada mempersiapkan masuk kuliah, lah aku malah sibuk melamar kerja, tapi aku masih sempat memikirkan perasaanku pada seseorang *eaaak
Nah daripada gak jelas, akhirnya aku menghubungi orang itu, minta bertemu dan pas ketemu langsung tanya ke inti masalahnya, ‘apakah dia mencintaiku dan berniat melangkah ke jenjang selanjutnya?’, ternyata dia hanya ½ mencintaiku *ada gitu setengah mencintai?, bisa jadi juga sik, dan dia belum siap, baiknya ini semua diselesaikan sampai sini.
Ah betapa leganya perasaanku waktu itu, meski sakit, tapi jauuuh lebih baik daripada gantung ya kan mana talinya gak Nampak lagi haha.
Dan saat baca Novel Hijrah Asmara, aku auto flashback ke masa lalu, ya ampun Ara, kamu itu aku banget loh dulu. perihal mempertanyakan cintanya loh ya.
Hijrah Asmara ini berkisah tentang seorang mahasiswi bernama Ara, jatuh cinta pada Fatih teman sekelompok saat OSPEK masuk kuliah. Lalu mereka jadian dan backstreet sodara-sodara dari Papa Ara, kalau Mama Ara, agak santuy, tapi gak janji juga kalau urusan Ara berpacaran malah ketahuan Papa.
Di kampus, Ara punya sahabat, namanya Denia. Denia ini sahabat yang baik menurutku sih, tapi sungguh dilema jadi sahabat yang punya pacar, serba salah.
Suatu hari, Ara ketahuan Papanya karena pacaran, dan meskipun marah, tapi Papa Ara keren loh cara marahnya ( hlm. 79)
Seperti apa kisah Ara dan Fatih selanjutnya, lalu bagaimana Denia memposisikan diri sebagai Sahabat baik Ara, lalu siapakan Arman dan Arum?
Cus baca novelnya yah, hehe.
Hijrah Asmara, Bukan Sekadar Novel Cinta
Menjadi remaja zaman sekarang luarbiasa tantangannya, betul gak? Yang remaja mana suaranyaa? Etdah jangan-jangan yang ngacung adalah remaja kelahiran tahun 80-an wkwkw
Tantangan yang paling luarbiasa adalah menolak berbeda untuk gak pacaran. Kalau gak pacaran, gak gaul, gak keren, begitulah pola pikir yang dibangun.
Dulu, aku sempat juga pacaran tapi zaman kuliah, zaman Aliyah sekadar surat-suratan aja haha. Zaman kuliah semester akhir, aku pacaran dengan niat menikah, dan pola pikir ini juga salah huhu. Alhamdulillah, kami gak menikah pada akhirnya. Aku tobat dan berhijrah.
Madun Anwar dan Sukma El-Qatrunnada, dua pengarang novel Hijrah Asmara mencoba mengangkat kisah cinta yang berbeda.
Tidak mudah menulis novel duet, dan itu udah aku rasakan bersama Sahabatku, Ririn, sewaktu mengerjakan proyek novel. Pada novel Hijrah Asmara, aku hampir bisa merasakan, mana yang ditulis siapa dan bagian mana yang ditulis siapa.
Aku gak tau bagian siapa yang menulis narasi deskripsi mengalun-alun seperti pada prolog dan siapa yang menulis bagian dialog singkat-singkat, meskipun begitu novel ini tetap asyik dibaca, aku seolah gak sabar untuk sampai ke bagian akhir, kira-kira Ara jadian sama siapa sih? Atau nasib membawa Ara pada suatu perubahan yang luarbiasa?
Kemudian untuk setting, aku merasakan kurang pada penceritaan setting, padahal ada banyak dari setting Lombok yang bisa dieksplor. Lombok terkenal dengan pantai dan pemandangan lautnya yang indah. Namun, aku paham apa yang membuat setting Lombok kurang diangkat, mungkin karena perbedaan lokasi kedua penulis kali yak.
Meskipun begitu pada hal. 179, penulis ada mengangkat lokasi wisata Gili Sulat. Wisata ini menyediakan rumah sebagai tempat istirahat dan makan-makan, serta jalan terbuka yang berujung memperlihatkan laut.
“Sayang sekali tempat seindah ini terkadang digunakan untuk niat salah” ujar Arman tiba-tiba
Dari dialog Arman, aku jadi sepaham dengan Ara, sedih melihat fenomena tempat wisata jadi tempat maksiat. Kadang azab itu datang karena ulah sebagian orang tapi efeknya gak memandang orang, huhu. Semoga Lombok segera pulih ya dan potensi gempa semakin berkurang, Aamiin.
Oiya, terlepas dari kekurangan yang ada, aku ada kutip kalimat sakti dalam Novel Hijrah Asmara ini,
Orang yang diabaikan, akan tetap berusaha lagi ( hal. 140 ) , hal ini berlaku untuk orang yang emang terniat sih haha.
“Kalian tahu, Bapak tidak suka pacaran ala anak zaman sekarang. Terlalu berlebihan….Padahal Allah telah menjelaskan larangan pacaran dalam Alqur’an surah Al-Isra’ ayat 32, jangan mendekati zina sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan. Bukankah pacaran itu adalah jalan mendekati zina?” (hal. 158)
Menurut aku novel ini layak dibaca siapa aja yang udah menginjak remaja dan dewasa awal, soalnya pasti gak mudah menghadapi masa penuh gejolak asmara. Fitrahnya rasa gejolak asmara itu memang harus dirasakan tapi bagaimana cara mengolah rasa gejolak itu yang harus punya ilmunya.
Jadi, sebenarnya Ara dalam novel Hijrah Asmara, pada akhirnya dituntun untuk belajar mempertanyakan cinta padaNya, pada Allah.
Semoga bermanfaat!
Selamat Membaca ^^
Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha