Assalamualaykum Mak,
Di tengah Medan yang gerimis manjah, aku membelah jalanan *tsaah gaya, padahal tadi juga naik gocar wkwk* untuk hadir di acara Flash Blogging yang diadain oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi di Four Points Hotel Medan dengan tema Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Dalam Penurunan Prevalensi Stunting.
Temanya asyik nih pikirku soalnya masih seputar dunia parenting. Sempat ada kekhawatiran juga melihat tumbuh kembang Khalil ( 2th ) apalagi sejak tahu istilah stunting. Aku sampai suka membandingkan tinggi Khalil dengan teman-teman sebayanya. Belum lagi fakta bahwa aku dan suami kan termasuk kategori imut *plis jangan mual ya wkwkw* nah apakah kira-kira bakal ngaruh ke tinggi Khalil juga?
Maka disinilah akuh, semoga segala tanya bisa terkuak hari ini. Namun sebelumnya ada kata sambutan dari Kadis Kominfo Sumut, Drs. H. MHD, Fitriyus, SH, MSP. Dalam sambutannya Kominfo Sumut sangat mendukung bila acara seperti ini diadakan tiap tahun, bulan dan minggu. Wah iya aku setuju banget dengan Pak Fitriyus ^^ dengan begitu ada banyak informasi yang sampai di masyarakat Sumatera Utara.
Selanjutnya kata sambutan dari Dedet Surya Nandika, Direktur Kemitraan Komunikasi RI, program ini lanjut Pak Dedet telah dilakukan di beberapa daerah. Kemudian ada banyak program-program pemerintah yang tidak terkomunikasikan, dengan adanya blogger semoga program-program tersebut tersampaikan kepada masyarakat.
Dan berikutnya sesi Galonggong Sianturi MPH, Direktur Gizi Masyarakat Kementrian RI. Sesi Pak Sianturi nih yang aku tunggu-tungga dan pas banget pertama sekali yang dijelaskan itu menjawab pertanyaan aku diawal.
Ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, ujar Pak Sianturi mengawali penjelasannya, yaitu, lingkungan, perilaku, pelayanan dan keturunan.
Nah pada kata keturunan, telingaku langsung fokus. Jadi kata Pak Sianturi kecil sekali pengaruh faktor keturunan, hanya 20%. Faktanya dulu orang Jepang kebanyakan berpostur tubuh pendek sekarang malah tinggi mereka sudah seperti orang Eropa. Faktor keturunan bisa dieliminasi dari tiga faktor sebelumnya.
Selain itu faktor perilaku mempengaruhi perubahan pola penyakit, dulu orang banyak mengidap penyakit menular sekarang malah banyak yang terkena penyakit tidak menular.
Penyebab penyakit tidak menular ini meningkat karena faktor perilaku yang mencakup gaya hidup sedentari atau kurang bergerak/beraktifitas, merokok, kurangnya konsumsi buah dan sayur, serta minum-minuman keras. Dan Sumatera Utara termasuk daerah yang konsumsi mirasnya tinggi. Wow!
Gak hanya itu saja, penyakit tidak menular atau PTM membutuhkan biaya berobat cukup besar dan sangat menguras kas BPJS.
Kalau berbicara gaya hidup mah ya kayak gak berujung, banyaknya PTM yang mengidap masyarakat jaman sekarang, faktor utamanya karena makanan. Idealnya mesti seimbang mengonsumsi makanan. Disarankan untuk memperbanyak makan buah dan sayur tanpa mengesampingkan makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak. Sebaiknya konsumsi garam, gula, minyak per hari nya memakai rumus 1,4,5 ( 1 sdm garam, 4 sdm gula, dan 5 sdm minyak).
Pada slide selanjutnya difokuskan pada pembahasan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Fakta di lapangan 2 dari 5 balita menderita kekurangan gizi. Hal tersebut disebabkan karena saat hamil si ibu punya masalah gizi. Kemudian anak Indonesia bermasalah di tinggi badan yang kurang, imunisasi yang tidak lengkap, ibu atau wanita yang cenderung kekurangan zat besi/anemia dan rendahnya kunjungan masyarakat posyandu.
Btw, tentang anemia yang menyerang wanita, ada salah paham yang terjadi di masyarakat. Ibu-ibu pemilik darah tinggi yang belum paham mengira bahwa jika kita minum obat penambah darah justru takut darahnya naik, padahal yang mau ditambah adalah hb dan zat besi dalam darahnya agar tidal 3 L, Lemah, Lesu dan Laffaar serta ngantuk.
Singkatnya Indonesia sedang dalam kondisi double burden malnutrisi, kalau gak kekurangan gizi ya kelebihan gizi. Dilemanya kalau kurang gizi rentan akan anemia dan postur tinggi yang tidak ideal sedangkan kelebihan gizi jatuhnya jadi mengidap penyakit tidak menular tadi. Duh, galau ya Mak.
Eits ternyata gak kita aja yang galau tapi ini juga jadi kegalauan pemerintah loh, makanya ada acara ini ^^. Sampai-sampai dari 117 negara berdasarkan data WHO, Indonesia termasuk negara yang punya tiga masalah gizi balita yakni stunting, wasting dan overweight.
Stunting? Apakah Sama Dengan Stuntmant?
Daritadi ngobrolin stunting melulu, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi tersebut dipicu saat anak masih dalam kandungan, meskipun kondisi stunting baru akan nampak saat anak usia 2 tahun. Wah usianya Khalil inih, aku jadi mesti waspada, tapi insyaAllah saat hamil, aku bener-bener jaga makan banget.
Masalah gizi ini kelihatan sepele tapi sebenarnya kompleks banget. Penyebab utamanya yakni makanan, pola asuh dan pelayanan kesehatan masyarakat. Terkait pola asuh banyak orangtua yang ringan banget ngasi anaknya jajan sembarangan meskipun aku juga ngasi anakku jajan sih, tapi jajanannya wajib yang sehat.
Selanjunyat Pak Sianturi begitu menegaskan pada bagian seribu hari pertama kehidupan atau 1000 HPK. 1000 HPK sebenarnya terjadi saat berhubungan, maka pembahasan ini relate banget pada tulisan yang pernah aku posting disini, merencanakan kehamilan.
Yuhuuu yang masih jomblo dan bakal nikah, yuk jalani gaya hidup sehat ntar kebaikan ini untuk kebaikan calon anak-anakmu kelak ^^.
Lalu Bagaimana Pemerintah Menangani Kejadian Stunting?
Di tengah kegalauan pemerintah akan kejadian stunting ada 2 intervensi yang bisa dilakukan Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif. Dan yang bisa maksimal dilakukan oleh pemerintah adalah di Intervensi Gizi Spesifik, seperti kampanye Gerakan Masyarakat Sehat atau Germas, sedangkan pengaruh intervensi gizi sensitif berlaku di masyarakat itu sendiri, pengaruh keberhasilannya bisa 70% loh. Ayo, semangat sehat diawali dari rumah tangga kita!
Kalau gizi sudah jadi investasi, maka kesejahteraan akan meningkat, risiko penyakit menular dan tidak bisa diturunkan kemudian tumbuh kembang anak optimal, pendapatan menjadi layak.
Nge Blog: Sarana Menyebarkan Informasi Sehingga Menjadi Berkah
Sesi berikutnya adalah sesi Mak Mira Sahid, founder Emak Blogger. MasyaAllah akhirnya bisa ketemuan dengan mak keren satu inih. Pemaparannya juga gak kalah cetharr. Tentunya seputar blog.
Ada 132, 7 juta pengguna internet di Indonesia dan yang manakah kita? Yang bijak bersosial media atau yang kebablasan? Semoga yang bijak dan cerdas ya sehingga menjadi berkah.
Blog pertama kali ditemukan oleh Jon Barger sekitar tahun 1997 dan digunakan oleh Justin Hall sebagai blogger pertama. Kemudian di Indonesia sendiri blogger dihitskan oleh Enda Nasution yang dikenal sebagai Bapak Blogger Indonesia.
Jadi blog itu adalah catatan-catatan yang tersusun berurutan berdasarkan waktu dan tersimpan di halaman-halaman internet. Manfaat nge blog sendiri ada banyak yang paling utama sih adalah menemukan passion.
Apakah kamu sudah menemukan passion mu di blog? Kalau aku sih udah ^^ to be a blogpreneur. Bismillah.
Semoga bermanfaat yah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
Alhamdulillah Iyah ga stunting! hehehe
ReplyDeleteAlhamdulillah ^^ kalo kk mesti dibantu sepatu high heels hihi
Deletehaha, awalnya daku juga kira ada hubunga antara stunting dan stuntman. Iya, mak, peduli anak = peduli bangsa
ReplyDeleteyes mak, setuju banget ^^
DeleteWah keren bahasa nya santai jadi lebih mudah pahami stunting
ReplyDeletemakasi bg fajran ^^
Deletebtw, baru tahu bapak blogger Indonesia. hihihi :D
ReplyDeleteaku juga baru tahu hihi, samaan kita
DeleteMantaap Kak Ul ^^
ReplyDeleteJadi standart tinggi memasuki usia dewasa berapa cm Kak?
klo ngikutin standar WHO, standar cewek tinggi itu ya 165cm, kalau cowok lebih dari itu tentunya hehe
DeleteStandar tinggi perempuan dewasa itu 165cm mbak? Aku di bawah itu berarti hihi ^^
ReplyDelete