Zaman
sekolah dulu, sepertinya setiap anak sekolah sepakat untuk mempunyai idola,
entah itu dari kalangan artis, penyanyi, sampai kepada idola yang paling
standar yakni Ibu dan Ayah sendiri yang diidolakan.
Aku
punya ibu yang usia kami sebaya, karena dia anaknya nenek makanya secara
silsilah aku harus memanggilnya ibu. Ibuku ini pas masih sekolah dulu sangat
menggilai Aaron Carter, penyanyi pop nan ganteng asal Amrik sana, adiknya Nick
Carter, personil BSB Band, sampai ia bercita-cita bersuamikan Aaron Carter, aku
sih gak yakin, tapi aku tipe orang yang gak tega membunuh semangat orang, ya
sudah aku aminkan saja :D. Apa yang tidak ia ketahui tentang Aaron, semuanya
dia tahu, mungkin apa yang tidak Aaron tahu tentang dirinya, ibuku malah tahu
*deuuu…segitunya*
Tingkah
ibuku ini pun seperti orang yang punya idola *lah, kan ceritanya memang tentang
idola, PLAK! X_X*, jadi segala tentang Aaron dia punya, mulai dari poster yang
ia kumpulkan dan sebagian ditempel di dinding kamar, koleksi kasetnya, semua
lagunya dia hapal, berita-berita Aaron di majalah, pokoknya tentang Aaron dia
kliping dah. Aku aja lihatnya sampai mikir begini, kok bisa ya? :D. Kita disini
mati-matian mikirin dia, eh dianya mah malah hepi, asyik berkarya, terus
melejit bak roket, nah loh, kita? Benar kata Agnes, Cinta gak ada logika :D.
Nah,
aku pikir sebagian remaja sekarang sebelas duabelas lah dengan yang dilakukan
oleh ibuku. Lalu bagaimana dengan idola sahabatku yang satu ini. Berkat dia,
aku jadi lebih menyadari bahwa aku dikelilingi oleh orang-orang yang unik.
Sebut
saja namanya Rina. Aku dan Rina serta beberapa teman yang lain sepakat
menjelajah Kota Siantar dalam 2 hari, termasuk mengunjungi Taman Hewan. Ah,
terakhir kali ke kebun binatang setahun lalu, waktu itu di kebun binatang di
Bukittinggi.
Sore
itu ramai sangat, walau sudah banyak pengunjung yang pulang tapi suasana taman
hewan masih saja ramai. Sepertinya bukan kami yang menonton para hewan tapi
hewan yang menonton para pengunjung hihihi. Taman Manusia dan Hewan jadi berasa
beda tipis.
Ah,
layaknya kebun binatang ala Indonesia, tak lepas dari sebaran sampah yang
merata, pembagian BLT belum tentu semerata ini :D. Di kandang buaya, sampah
wadah mie instan, botol plastik, bungkus kacang, aarrgghh…sampai kapan
masyarakat
mau sadar akan kebersihan? Ckckckc. Mau protes juga nih buat Pak Rahmad Shah,
pengelola Taman Hewan, sirkulasi udara kurang bagus, apakah karena lebatnya
hutan buatan yang dirancang sehingga menjadikan lokasi lembab, segala bau jadi
satu termasuk bau kotoran hewan, atau memang kondisi waktu itu sedang padat
pengunjung sehingga setiap orang berebutan O2.
Setelah
keliling-keliling, tibalah kami ke lokasi para primata, ada orang utan,
simpanse, monyet pantat merah. Buat aku sih biasa aja, tapi nggak buat Rina.
Waktu itu aku sudah lelah melihat koleksi Taman Hewan dan mengusulkan untuk
pulang saja dan aku mengajak Rina untuk menyudahinya menatap orang utan.
Sesampainya
di ujung tangga yang menuju jalan keluar. Rina bilang padaku bahwa dia sudah 8
tahun tidak melihat orang utan. Dan dia, dia, dia, Dia menangis
saudara-saudara, cuma liat orang utan doang? Ya ampun, apa yang telah Orang
utan lakukan pada temanku Rina, selama ini? *gak lucu aja, jika kasus ini
sampai ke pengadilan, ya kepada Orang Utan silahkan sampaikan pembelaan Anda,
apa benar yang dikatakan Bu Rina? :D*
emprorerfaisal.blogspot.com
|
Melihat
Rina yang berkaca-kaca karena menangis haru melihat Orang Utan, aku dan
kawan-kawan ketawa setengah mati. Bahkan aku record, *kumat usilnya*. Gubrak, deh Rin, cantik-cantik eh
mengidolakan orang utan, anak yang aneh.
Malamnya
sebelum tidur, Rina buat pengakuan.
Semenjak
melihat Orang utan, penyakit narsis saya tidak kumat lagi, *berasa iklan klinik
apaaa gitu* :D
Bagi
Rina, Orang Utan itu sesuatu, tapi bagi Syahrini, Alhamdulillah ya sesuatu
*apaan sih, abaikan Syahrini, kembali ke Orang Utan*. Ya sesuatu. Rina dengan
antusias menceritakan kenapa ia kagum kepada Orang utan.
‘Matanya itu Ul, matanya’, sambil menatap langit-langit kamar aku mencoba mengkhayalkan menatap mata Orang Utan
‘Matanya itu Ul, matanya’, sambil menatap langit-langit kamar aku mencoba mengkhayalkan menatap mata Orang Utan
‘Emang
kenapa dengan matanya Rin?’
‘Matanya,
poloossss banget’
Aku:
@#@@%@%@^##%^^&
‘Udah
gitu, Ul, telapak tangannya, telapak tangannya haluuusss banget, cobalah
sentuh’
Seketika,
aku mulai khawatir dengan Rina, dalam hati, aku Cuma bisa bilang, apakah kau
baik-baik saja, Rin?’
‘Ul,
suka binatang apa?’
‘Kelinci’
jawabku
‘Ul,
binatang yang kita sukai itu ada kaitannya lo dengan karakter kita, gak tau
kenapa bagi Rin, Orang utan itu binatang yang berwibawa dan bijaksana. Rin mengidolakan
Orang utan sejak SMP dan baru kali ini dipertemukan kembali. Saking sukanya
sama Orang utan, Rin sampai ngumpulin semua berita tentang Orang utan, kalau
ada gambar Orang utan di Koran langsung Rin gunting dan Rin tempel di dinding
kamar, ada juga yang Rin kliping. Rin sampai pernah kepikiran buat jadi
sukarelawan untuk Orang Utan, tapi waktu itu biaya keanggotaannya mahal banget,
maklum anak sekolah, akhirnya Rin, cuma bisa mengaguminya dari jauh, Rin pengen
banget gendong anak Orang utan, ah matanyaaaa…polos berkaca-kaca, itu yang buat
Rin nangis semalam’
Ah,
Rina…kenapa kau harus bernasib seperti ini?
Hihihi,
lebay jijay kali aku ya. Tapi itulah kisah Rin yang mengidolakan Orang utan,
bagi teman-teman yang punya akses ke Orang utan, apalagi aktif sebagai
sukarelawan Orang utan, secara Orang utan sudah hampir punah di hutan
Kalimantan, karena terus diburu demi ekspor impor Orang Utan atau demi
kelancaran dalam proses pembalakan hutan liar, boleh tahu pengalaman
teman-teman, berharap juga bisa membantu mewujudkan mimpi sahabat saya, Rina,
untuk menggendong dan berfoto dengan bayi Orang utan. :D
Jadi,
apapun idolanya, lagi-lagi… sing: Cinta ini, kadang-kadang tak ada logika.
Rina bercerita padaku, finally dia tahu bahwa tidak boleh sembarang menggendong hewan, tidak baik bagi hewannya, terutama yg harusnya liar di hutan :D
ReplyDeleteWah baru tahu, jadi intinya si Rina jadi gendong baby orang utan? 😆
ReplyDelete