“Dulu
kita hidup di desa, lalu kita hidup di kota dan sekarang kita akan hidup di
internet…”
Barangkali
apa yang dikatakan tokoh Sean Parker yang diperankan penyanyi Justin Timberlake
dalam The Social Network perlahan
sedang menjadi kenyataan. Lihat saja fenomena yang terjadi saat ini, totally separuh hidup kita
bergentayangan di internet. Lagi reuni-an misalnya, para undangan lebih banyak
menghabiskan waktu temu ramahnya dengan BBM-an hampir tidak peduli dengan
keadaan sekitar, saat makan, biasanya di tangan kanan sendok dan di tangan kiri
garpu, tapi posisi garpu sudah diganti sama smartphone,
sibuk ber-chatting ria, asal
jangan salah masuk aja ntar ke mulut =D.
Lalu,
internet jugalah yang menyebabkan virus eksis supersingkat merebak, mau
terkenal tinggal klik sana sini jadi dah. Nggak perlu ikut idol-idol an, nggak perlu ikut audisi ke PH, dan proses lainnya.
Emang sih, jika buka televisi, rasanya gimana gitu jadi artis, terkenal, banyak
duitnya, masuk televisi, bisa jalan-jalan gratis, wah…surga banget dah. Hari
gini nggak eksis??? #nelen tipi =D
Kadang
terbersit juga keinginan untuk menjadi eksis dan terkenal seantero penjuru
dunia, sehingga sering muncul kegilaan tersendiri, seperti nyanyi sendiri di
depan cermin, jingkrak-jingkrak di kamar saat mengikuti irama musik yang
diputar penyiar radio, dan itu semua seolah di kamarku ada kamera #gila yah =D,
dan jika lagi ngumpul bareng teman seperjuangan dan satu kegilaan, maka kami
mencairkan suasana dengan meniru gaya Feni Rose membawakan acara Silet, sampai
mulut miring sana sini, ludah pun bergelimpangan dimana-mana #kasihan tu ludah.
Obsesi eksis dengan cara
menjadi artis tak cukup sampai disini, dengan berkarung-karung kepedean yang
aku punya, aku pernah ikut casting. Waktu main-main ke TB. Gramedia, ada poster besar bertuliskan ‘Talkshow bersama Ahmad Fuadi dan Open
Casting Film Negeri 5 Menara’.
Tidak berapa lama, HPku berdering dari
‘Mas Harry GPU’, ‘Sombong ya, dipanggil panggil ndak denger’ *lah lah daku
langsung celingak celinguk* oalah Mas Harry ternyata juga lagi di sini toh. Mas
Harry, Bapak satu anak asli Solo punya ini adalah marketingnya buku Gue Gak
Cupu, sepetinya hari ini penuh silahturahmi, daku juga jumpa dengan Mbak
Wiedya—staf TB. Gramedia juga. Senengnya =D. Pembicaraan kami pun heboh karena
sudah lama tak berjumpa dan ujung-ujungnya Mas Harry dan Mbak Wiedya ndorong-ndorong
aku buat casting pemain Film Negeri 5 Menara. WHAT? CASTING?.
‘Ayo mbak, ikut aja’. ‘Iya mbak, ikut aja’ timpal Mas Harry. ‘Lah, bukannya yang dicari 5 peran saja, itu pun laki-laki’. ‘Ndak, mbak, mbak bisa ambil peran Sarah’, kata Mbak Wied lagi.
*hah? Sarah? Ooo..ni pasti tokoh yang ada di N5M, tapi aku lupa siapa tokoh itu*
‘Gak pa pa mbak, ikut aja, castingnya di lantai 3, sekarang lagi berlangsung’
Mendapat gempuran dari sana sini.
Baiklah, aku ikut casting. *aku beli buku Ranah 3 Warna, bayar dikasir, isi
biodata, tanganku distempel –dah kyk mau dikurban pake distempel hehehe- dan
melangkahkan kaki ke lantai III sambil diantar mbak staf TB.Gramedia. Dalam
hatiku, batin ini masih bertempur ‘yakin lo, mau ikut casting?’. Ah. Daku lagi
ingin sejenak menggunakan otak kananku, Talkless Do More *no smoking,
ini bukan iklan rokok ye :D*.
Di dalam ruang casting, ada seorang
pemuda berbusana casual—kaos biru dan celana jeans- sedang ditatar untuk
mempraktekkan acting, aku cuma bisa senyam senyum sendiri. Waduh…ntar lagi aku
ni. Sementara pemuda itu bolak balik ulang adegan ‘Lo, harus pede dengan peran
lo, Emang senyum-senyum gitu ya waktu lo menanyakan pacar lo selingkuh, ulang
lagi ya adegannya, lo harus pede dan yakin dengan peran lo bla bla bla’
>>> rasanya aku pengen keluar dari ruang casting dan balik ke acara
Talkshow A.Fuadi, soalnya pas aku masuk ruang casting pas pula acara talkshow
baru akan sedang dimulai T_T.
Semenit dua menit tiga menit
>>> 10 menit, ‘Oke, acting kamu dah mulai bagus, terimakasih, ini kami
seleksi lagi, kalo cocok ntar akan dihubungi lagi’. Lalu, abang yang ngomong
tadi membalik badan dan melemparkan senyum tanda bahwa, sekarang giliranmu.
Aku pun maju dengan ke-pede-an yang aku
punya, walau sebenarnya tanganku dingin, jantungku sedikit agak bergemuruh :D.
‘Baru pertama kali ikut casting ya?’ Tanya abang yang duduk disamping
abang yang mirip Ahmad Fuadi sambil makan bubur. ‘Nurul Fauziah’, abang
yang mirip Ahmad Fuadi memastikan namaku. ‘Oke sekarang, coba isi biodata
dirimu di whiteboard yang disana’. Setelah itu, si abang yang aku tak tau
namanya tapi mirip-mirip Bang Ahmad Fuadi terutama style rambutnya :D, aku
disuruh menghadap kamera dengan memegang whiteboard imut seukuran buku tulis
dan JEPRET *berasa calon tahanan deh, untung gak disuruh foto dari
berbagai sisi sambil megang papan berisi biodata hahahahah.
Sekarang kamu silahkan perkenalkan diri
kamu dan menghadap kamera ya? Silahkan mulai setelah saya katakan ACTION ya.
ACTION yak! *mulailah daku bla bla bla SEMESTER 8 bla bla bla buku GUE GAK CUPU
bla bla bla ASSALAMUALAYKUM*
Detik-detik prosesi casting dilanjutkan
dengan memerankan tokoh yang akan kita mainkan di film ini. Aku ditawarkan tokoh
Sarah. Parahnya, ketika ditanyakan abang2 penguji apakah aku kenal dengan tokoh
Sarah, aku lupa :). Soalnya aku dah lama banget baca novel N5M, tapi setelah
diingat2, Sarah itu adalah cinta pertamanya Alif, dia anak salahsatu Kiai yang
mengajar di Gontor. Mereka katakan tidak masalah, dan untuk selanjutnya
aku disuruh berpikir adegan apa yang akan aku praktekkan dan membawakan peran
Sarah yang santun, ceria, periang. Glek! Aku tergugu, adegan apa yang harus aku
bawakan ya? Sambil mikir, aku disuruh duduk, tapi aku susah disuruh mikir
di ruang luas, diperhatikan beberapa orang, hehehe gak privasi banget. Tiga
menit kemudian saking gak tahannya berlama-lama di ruangan ini, apa yang
terlintas itu yang aku perankan. Aku putuskan untuk memerankan adeganku saat
hendak janjian jumpa sama Dewi tadi siang. *Kalo mengingat adeganku yang dodol
bin garing waktu casting itu, aku bakal ketawa sendiri.
Intinya, sampai saat ini aku
tidak dipanggil untuk melakukan syuting film N5M beneran, toh filmnya bakal
diputar 1 Maret ini di seluruh bioskop di Indonesia =D.
Setidaknya, begitulah salahsatu
aksiku sebagai Miss Eksis Wanna Be. Tapi, setelah aku pikir-pikir ke Roma itu
kan gak mesti dari satu jalan, buktinya ada pepatah yang bilang ada banyak
jalan menuju Roma dan ada banyak cara juga untuk eksis, gak mesti jadi artis
atau politisi.
Baiklah, aku memutuskan kembali ke
duniaku, dunia tulis menulis. Sejak tahun 2006 aku mulai aktif menulis, dan
tahun 2010 adalah tahun pencapaianku sebagai penulis yakni menghasilkan buku
berjudul GUE GAK CUPU, aku pikir menulis buku salahsatu bukti eksistensi
seseorang, dan setelah itu aku terus aktif menulis. Bagiku dunia maya adalah
dunia yang memberiku kesempatan membuktikan eksistensi yang begitu besar, mulai
dari maraknya lomba menulis di facebook dan berbagai situs, kemudian kuis-kuis
yang berhadiah buku keren, bahkan ada sekolah menulis online. Serta fasilitas
blog. Wah, jika tidak punya fasilitas internet, mana mungkin aku bisa mengikuti
seputar dunia tulis menulis yang berkembang di dunia maya.
Internet yang Murah Meriah Mabok Online
Melihat kebutuhan manusia yang
begitu besar terhadap internet, apalagi aku yang penulis, tanpa internet,
rasanya gimanaa gitu. Maka, kini banyak provider telekomunikasi yang
menyediakan paket-paket internet unlimited serta murah meriah mabok ngabisin
pulsanya hehehehe.
Salahsatunya
AXIS, sesuai dengan jargonnya ‘GSM yang Baik’, AXIS hendak komitmen dengan jargonnya itu,
sebagai GSM yang baik, AXIS berupaya untuk semakin kuat semakin dekat. Tahun ini
AXIS akan membangun lebih dari 6000 BTS yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika
sudah begini gak ada lagi tuh yang namanya gak online hanya gara-gara ‘Aku Gak
Punya Pulsaaaa’. Dan semua rakyat Indonesia bisa mengakses internet dimanapun
dan kapanpun. Internet untuk rakyat, memang AXIS banget dah.
Supaya ritual online kamu gak
terbatas, gak mungkin dong kemana-mana bawa perangkat netbook, laptop atau komputer, maka aplikasi internet di gadget ringan (HP, Android, dll) kamu
mesti ada, dan pastikan providernya AXIS yaaa.
So,
menjadi Miss Eksis gak mesti mengandalkan kesempatan casting yang belum
tentu ada tiap saat serta menjadi Miss Eksis juga gak mesti menggila tak tentu,
arahkan gila untuk eksis itu pada hal positif, seperti eksis di dunia maya tapi
teteup rutin menulis ke media massa dan menghasilkan tulisan di media cetak
bahkan buku, jadi eksis nggak sekedar hobi berstatus ria di fesbuk ataupun
berkicau ria di twitter tanpa menghasilkan apapun. Selain itu, eksis dengan
internet bisa juga buat kita yang hobi berbisnis, sekarangkan lagi tren reseller tanpa modal,
nah modalnya cuma pulsa internet yang unlimited aja. Dan buat kita yang
mahasiswa, pasti lagi heboh dengan isu kewajiban menulis jurnal sebagai syarat
kelulusan strata 1, aku pikir sarana blog bisa dijadikan ruang untuk berlatih
menulis, dan bisa hemat kertas juga kan.
Pertamax... :-)
ReplyDeletepertamax juga =)
ReplyDeletenice post sis, good luck :)
ReplyDeleteeh, tukeran link yok
boleh, link blog kamu apa?
ReplyDelete