Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga tetap sehat. Namun, apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Penyakit ini tergolong misterius. Para dokter kadang bingung mendiagnosis penyakit ini. Namanya sedikit unik, LUPUS. Lupus dalam bahasa Latin berarti "anjing hutan". Istilah ini mulai dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi. Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh.
Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus.
Masih awam
Jumlah penderita Lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka, diAmerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia bisa dijumpai sekitar 50.000 penderitanya. Sedangkan di RS Ciptomangunkusumo Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991 sampai akhir 1996 , 1 dari 23 penderitanya adalah laki-laki. Penyakit Lupus masih sangat awam bagi masyarakat.
Setelah diteliti penyebab Lupus karena faktor keturunan dan lingkungan.Penyakit ini justru diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun. Namun begitu, ada juga pria yang mengalaminya. Ahli menduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Karena Lupus menyerang wanita subur, kerap menimbulkan berbagai aspek kesehatan. Misalnya hubungan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Namun, hal ini bisa saja terjadi sebaliknya. Artinya, justru kehamilan bisa memperburuk gejala Lupus. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Otoimun
Lupus merupakan penyakit yang menyerang perubahan sistem kekebalan perorangan, yang sampai kini belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini muncul akibat kelainan fungsi sistem kekebalan tubuh.
Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas .
Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :.
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu. Umumnya penderita Lupus mengalami gejala seperti. kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip
kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus. Untuk sembuh total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh.
Berbagai sumber
Lupus eritematosus sistemik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seperti yang diungkapkan dalam buku kecil Care for Lupus (Syamsi Dhuha), Lupus adalah sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai Lupus Erythematosus.
Dalam istilah sederhana, seseorang dapat dikatakan menderita penyakit Lupus Erythematosus saat tubuhnya menjadi alergi pada dirinya sendiri. Lupus adalah istilah dari bahasa Latin yang berarti Serigala.
Hal ini disebabkan penderita penyakit ini pada umumnya memiliki butterfly rash atau ruam merah berbentuk kupu-kupu di pipi yang serupa di pipi Serigala, tetapi berwarna putih.
Penyakit ini dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia. Dalam ilmu imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan).
Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk, yang pertama yaitu Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit. Kedua, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan syaraf. Ketiga, Drug Induced Lupus(DIL), timbul karena menggunakan obat-obatan tertentu. Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.
Mengenal Lupus Si Penyakit Misterius
Gejala awal lupus yang sering menyerupai penyakit lain sehingga kerap di sebut ''penyakit seribu wajah''.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, menandakan ketidaktahuan masyarakat terhadap penyakit lupus. Padahal, penyakit yang sudah dikenal oleh ahli kedokteran sejak abad ke-19 itu bisa menyebabkan kematian. Dunia internasional sudah menganggap penyakit lupus ini sebagai penyakit yang harus diwaspadai. Kepedulian itu, diperlihatkan dengan mulai mencanangkan hari Lupus Sedunia pada 10 Mei 2004. Yayasan Syamsi Dhuha berkampanye membagikan stiker Care for Lupus di tiga titik jalan yang ada di Kota Bandung untuk menyambut hari tersebut.Menurut hematolog dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan pemerhati lupus, dr Rachmat Gunadi Wacjudi Sp PD KR, lupus adalah penyakit autoimun yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh beraksi berlebihan dan justru mengganggu kesehatan tubuh. Seharusnya, kata dia, sistem imun itu bertugas melindungi tubuh manusia dari serangan antigen (musuh berupa bakteri, virus, mikroba dan lain-lain).''Belum ada yang mengetahui penyebabnya, pada lupus zat anti dan sel darah putih justru menjadi liar dan menyerang tubuh yang seharusnya dilindungi. Akibatnya, organ tubuh menjadi rusak dan gejala lupus muncul,'' katanya.Si peniru ulungGejala penyakit lupus, kata Rachmat, sering menyerupai penyakit lain. Sehingga, penyakit ini sering dijuluki ''si peniru ulung'' atau ''penyakit seribu wajah''. Untuk mendiagnosis penyakit lupus dengan pasti, diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit.Namun, lanjut Rachmat, gejala awal lupus yang sering timbul adalah ruam merah simetris pada wajah berbentuk seperti kupu-kupu, penebalan berbentuk koin pada kulit yang sering terkena matahari dan hipersensitif terhadap sinar matahari, sariawan yang hilang timbul, nyeri sandi, nyeri dada saat menarik nafas, kejang-kejang, terdapat kelainan darah, kelainan sistem kekebalan tubuh, dan tes ANA menunjukkan abnormalitas. ''Sampai sekarang, penyakit lupus belum bisa disembuhkan atau dicegah. Yang bisa dilakukan baru sebatas menghilangkan gejalanya. Yaitu, dengan mengkonsumsi obat-obatan seumur hidup, menjalani pola hidup tertentu dan menghindari stres,'' ujarnya.Jumlah penderita lupus, kata Rachmat, berdasarkan data terakhir di seluruh dunia sebanyak 5 juta. Sedangkan di Indonesia, jumlah penderitanya diperkirakan sekitar 200 ribu-500 ribu. Angka itu, diperoleh dari perbandingan 1:1.000, yang artinya dari 1.000 orang penduduk Indonesia di duga satu orang terkena lupus. Perkiraan jumlah penderita itu muncul karena, bangsa Indonesia adalah bangsa dengan kulit berwarna.''Di Jabar sendiri jumlah penderita lupus saat ini yang terdata mencapai 700 orang. Setiap bulan misalnya di RSHS selalu ada 10 pasien lupus baru, pasien lupus di RSHS sampai
sekarang sudah mencapai 380 orang,'' kata Rachmat. Harapan hidup penderita lupus, kata dia, tergantung dari kondisi pasien. Di Amerika Serikat dan Eropa pada 1955 harapan hidup penderita lupus dalam kurun waktu lima tahun, kurang dari 50 persen. Sementara, pada 1991 telah mencapai 89-97 persen. Hal itu, terjadi karena adanya diagnosis lebih dini dan metode pengobatan yang lebih baik. ''Penyakit lupus kalau menyerang ke otak, ginjal dan organ tubuh penting lainnya akan membutuhkan biaya yang mahal. Obatnya, sehari membutuhkan dana Rp 300-500 ribu,'' ujar Rachmat.Kelompok yang peduli terhadap penyakit lupus, kata dia, masih masing-masing belum terorganisir dengan baik. Padahal, penderita lupus membutuhkan penanganan yang menyeluruh tidak hanya menangani sakitnya saja. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, dari 180 penderita lupus di RSHS yang diteliti sekitar 40 persennya mengalami depresi. Depresi itu terjadi karena cemas, ketakutan, bingung dan lain-lain. ''Di RSHS, kami mulai membentuk tim yang terdiri dari multidispliner. Anggota tim itu terdiri dari dokter, psikolog, dan semua stake holders yang peduli lupus,'' katanya.Selain mengalami depresi, kata dia, hasil penelitian terbaru pun menunjukkan 50 persen penderita lupus mengalami osteoporosis. Padahal, penderita lupus rata-rata masih berusia muda. Yaitu, paling banyak berusia 17-35 tahun. Meskipun, memang rentang penderita lupus itu pada usia 6-73 tahun. Namun, usia yang tergolong anak-anak dan manula kasusnya sedikit.Meneliti mahkota dewaSementara itu, menurut Sekretaris Program Farmasi ITB Dr I Ketut Adnyana, penelitian obat-obatan untuk penderita lupus masih jarang dilakukan. Karena, penyakit lupus masih asing untuk masyarakat termasuk peneliti. Namun, setelah mengetahui tentang penyakit itu ITB mulai mengembangkan penelitian untuk mencari obat yang bisa membantu meringankan penderita lupus. ''Salah satu tumbuhan yang sedang kami selidiki untuk obat radang penderita lupus adalah mahkota dewa,'' ujar Ketut.Mahkota dewa, sambung Ketut, memiliki senyawa yang sama dengan obat antiradang kimia. Kalau menggunakan obat antiradang kimia secara terus-menerus, kata dia, bisa menimbulkan efek samping. Sementara, kalau mengunakan mahkota dewa tidak akan ada efek samping sama sekali. Memang, Mahkota dewa tidak bisa mengobati penyakit lupus secara keseluruhan. Namun, bisa digunakan untuk terapi menyembuhkan radang. ''Penelitian kami sudah hampir selesai, yaitu tinggal melakukan uji klinis agar bisa diketahui seberapa besar keefektifan mahkota dewa itu. Namun, kami terhambat mengenai dana,'' katanya.Untuk melakukan uji klinis itu, kata dia, diperlukan dana sekitar Rp 150-200 juta. Kemungkinan besar, ITB akan bekerjasama untuk mendanai uji klinis itu. Setelah diuji klinis, kata dia, dalam waktu dua bulan obat sudah bisa dikonsumsi dan diproduksi secara masal.
''Indonesia itu kaya akan tumbuhan yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Kami yakin pasti ada tumbuhan yang bisa menyembuhkan penyakit lupus atau mengendalikan sistem imun tubuh tapi tentunya harus dilakukan penelitian,'' ujarnya. (idionline/RoL)
Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus.
Masih awam
Jumlah penderita Lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka, diAmerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia bisa dijumpai sekitar 50.000 penderitanya. Sedangkan di RS Ciptomangunkusumo Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991 sampai akhir 1996 , 1 dari 23 penderitanya adalah laki-laki. Penyakit Lupus masih sangat awam bagi masyarakat.
Setelah diteliti penyebab Lupus karena faktor keturunan dan lingkungan.Penyakit ini justru diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun. Namun begitu, ada juga pria yang mengalaminya. Ahli menduga penyakit ini berhubungan dengan hormon estrogen.
Karena Lupus menyerang wanita subur, kerap menimbulkan berbagai aspek kesehatan. Misalnya hubungan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Namun, hal ini bisa saja terjadi sebaliknya. Artinya, justru kehamilan bisa memperburuk gejala Lupus. Sering dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Otoimun
Lupus merupakan penyakit yang menyerang perubahan sistem kekebalan perorangan, yang sampai kini belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini muncul akibat kelainan fungsi sistem kekebalan tubuh.
Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas .
Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :.
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan terganggu. Umumnya penderita Lupus mengalami gejala seperti. kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip
kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus. Untuk sembuh total dari penyakit ini, tampaknya sulit. Dokter lebih berfokus pada pengobatan yang sifatnya sementara.Lebih difokuskan untuk mencegah meluasnya penyakit dan tidak menyerang organ vital tubuh.
Berbagai sumber
Lupus eritematosus sistemik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seperti yang diungkapkan dalam buku kecil Care for Lupus (Syamsi Dhuha), Lupus adalah sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai Lupus Erythematosus.
Dalam istilah sederhana, seseorang dapat dikatakan menderita penyakit Lupus Erythematosus saat tubuhnya menjadi alergi pada dirinya sendiri. Lupus adalah istilah dari bahasa Latin yang berarti Serigala.
Hal ini disebabkan penderita penyakit ini pada umumnya memiliki butterfly rash atau ruam merah berbentuk kupu-kupu di pipi yang serupa di pipi Serigala, tetapi berwarna putih.
Penyakit ini dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia. Dalam ilmu imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan).
Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk, yang pertama yaitu Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit. Kedua, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan syaraf. Ketiga, Drug Induced Lupus(DIL), timbul karena menggunakan obat-obatan tertentu. Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.
Mengenal Lupus Si Penyakit Misterius
Gejala awal lupus yang sering menyerupai penyakit lain sehingga kerap di sebut ''penyakit seribu wajah''.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, menandakan ketidaktahuan masyarakat terhadap penyakit lupus. Padahal, penyakit yang sudah dikenal oleh ahli kedokteran sejak abad ke-19 itu bisa menyebabkan kematian. Dunia internasional sudah menganggap penyakit lupus ini sebagai penyakit yang harus diwaspadai. Kepedulian itu, diperlihatkan dengan mulai mencanangkan hari Lupus Sedunia pada 10 Mei 2004. Yayasan Syamsi Dhuha berkampanye membagikan stiker Care for Lupus di tiga titik jalan yang ada di Kota Bandung untuk menyambut hari tersebut.Menurut hematolog dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan pemerhati lupus, dr Rachmat Gunadi Wacjudi Sp PD KR, lupus adalah penyakit autoimun yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh beraksi berlebihan dan justru mengganggu kesehatan tubuh. Seharusnya, kata dia, sistem imun itu bertugas melindungi tubuh manusia dari serangan antigen (musuh berupa bakteri, virus, mikroba dan lain-lain).''Belum ada yang mengetahui penyebabnya, pada lupus zat anti dan sel darah putih justru menjadi liar dan menyerang tubuh yang seharusnya dilindungi. Akibatnya, organ tubuh menjadi rusak dan gejala lupus muncul,'' katanya.Si peniru ulungGejala penyakit lupus, kata Rachmat, sering menyerupai penyakit lain. Sehingga, penyakit ini sering dijuluki ''si peniru ulung'' atau ''penyakit seribu wajah''. Untuk mendiagnosis penyakit lupus dengan pasti, diperlukan pemeriksaan darah atau biopsi kulit.Namun, lanjut Rachmat, gejala awal lupus yang sering timbul adalah ruam merah simetris pada wajah berbentuk seperti kupu-kupu, penebalan berbentuk koin pada kulit yang sering terkena matahari dan hipersensitif terhadap sinar matahari, sariawan yang hilang timbul, nyeri sandi, nyeri dada saat menarik nafas, kejang-kejang, terdapat kelainan darah, kelainan sistem kekebalan tubuh, dan tes ANA menunjukkan abnormalitas. ''Sampai sekarang, penyakit lupus belum bisa disembuhkan atau dicegah. Yang bisa dilakukan baru sebatas menghilangkan gejalanya. Yaitu, dengan mengkonsumsi obat-obatan seumur hidup, menjalani pola hidup tertentu dan menghindari stres,'' ujarnya.Jumlah penderita lupus, kata Rachmat, berdasarkan data terakhir di seluruh dunia sebanyak 5 juta. Sedangkan di Indonesia, jumlah penderitanya diperkirakan sekitar 200 ribu-500 ribu. Angka itu, diperoleh dari perbandingan 1:1.000, yang artinya dari 1.000 orang penduduk Indonesia di duga satu orang terkena lupus. Perkiraan jumlah penderita itu muncul karena, bangsa Indonesia adalah bangsa dengan kulit berwarna.''Di Jabar sendiri jumlah penderita lupus saat ini yang terdata mencapai 700 orang. Setiap bulan misalnya di RSHS selalu ada 10 pasien lupus baru, pasien lupus di RSHS sampai
sekarang sudah mencapai 380 orang,'' kata Rachmat. Harapan hidup penderita lupus, kata dia, tergantung dari kondisi pasien. Di Amerika Serikat dan Eropa pada 1955 harapan hidup penderita lupus dalam kurun waktu lima tahun, kurang dari 50 persen. Sementara, pada 1991 telah mencapai 89-97 persen. Hal itu, terjadi karena adanya diagnosis lebih dini dan metode pengobatan yang lebih baik. ''Penyakit lupus kalau menyerang ke otak, ginjal dan organ tubuh penting lainnya akan membutuhkan biaya yang mahal. Obatnya, sehari membutuhkan dana Rp 300-500 ribu,'' ujar Rachmat.Kelompok yang peduli terhadap penyakit lupus, kata dia, masih masing-masing belum terorganisir dengan baik. Padahal, penderita lupus membutuhkan penanganan yang menyeluruh tidak hanya menangani sakitnya saja. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, dari 180 penderita lupus di RSHS yang diteliti sekitar 40 persennya mengalami depresi. Depresi itu terjadi karena cemas, ketakutan, bingung dan lain-lain. ''Di RSHS, kami mulai membentuk tim yang terdiri dari multidispliner. Anggota tim itu terdiri dari dokter, psikolog, dan semua stake holders yang peduli lupus,'' katanya.Selain mengalami depresi, kata dia, hasil penelitian terbaru pun menunjukkan 50 persen penderita lupus mengalami osteoporosis. Padahal, penderita lupus rata-rata masih berusia muda. Yaitu, paling banyak berusia 17-35 tahun. Meskipun, memang rentang penderita lupus itu pada usia 6-73 tahun. Namun, usia yang tergolong anak-anak dan manula kasusnya sedikit.Meneliti mahkota dewaSementara itu, menurut Sekretaris Program Farmasi ITB Dr I Ketut Adnyana, penelitian obat-obatan untuk penderita lupus masih jarang dilakukan. Karena, penyakit lupus masih asing untuk masyarakat termasuk peneliti. Namun, setelah mengetahui tentang penyakit itu ITB mulai mengembangkan penelitian untuk mencari obat yang bisa membantu meringankan penderita lupus. ''Salah satu tumbuhan yang sedang kami selidiki untuk obat radang penderita lupus adalah mahkota dewa,'' ujar Ketut.Mahkota dewa, sambung Ketut, memiliki senyawa yang sama dengan obat antiradang kimia. Kalau menggunakan obat antiradang kimia secara terus-menerus, kata dia, bisa menimbulkan efek samping. Sementara, kalau mengunakan mahkota dewa tidak akan ada efek samping sama sekali. Memang, Mahkota dewa tidak bisa mengobati penyakit lupus secara keseluruhan. Namun, bisa digunakan untuk terapi menyembuhkan radang. ''Penelitian kami sudah hampir selesai, yaitu tinggal melakukan uji klinis agar bisa diketahui seberapa besar keefektifan mahkota dewa itu. Namun, kami terhambat mengenai dana,'' katanya.Untuk melakukan uji klinis itu, kata dia, diperlukan dana sekitar Rp 150-200 juta. Kemungkinan besar, ITB akan bekerjasama untuk mendanai uji klinis itu. Setelah diuji klinis, kata dia, dalam waktu dua bulan obat sudah bisa dikonsumsi dan diproduksi secara masal.
''Indonesia itu kaya akan tumbuhan yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Kami yakin pasti ada tumbuhan yang bisa menyembuhkan penyakit lupus atau mengendalikan sistem imun tubuh tapi tentunya harus dilakukan penelitian,'' ujarnya. (idionline/RoL)
Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha