-->
Menu
/

Beberapa tahun belakangan peran ayah begitu digaungkan dalam dunia pengasuhan. Padahal kalau diingat-ingat jadi ayah kita zaman dulu gak seribet sekarang ya kan, tapi setelah dipikirkan, ada banyak tantangan yang buat peran ayah terdistraksi sehingga cukup mengguncang kestabilan rumah tangga, betul?

Alhamdulillah meskipun dikelilingi cobaan betapa sulitnya jadi ayah zaman sekarang tapi ada banyak wadah ilmu yang membuka pikiran dan membantu ingatkan lagi iniloh peran ayah, seperti yang dilakukan Sakeluarga.

Sakeluarga adalah sebuah start up aplikasi belajar pendidikan keluarga yang dikembangkan teman-teman kita dari Universitas Indonesia. Nah, salahsatu kegiatannya baru-baru ini mengadakan Seri Kuliah Whatsapp Keluarga.

Seri Kuliah Whatsapp Keluarga berlangsung dari tanggal 12-16 Juli 2019 dan mengundang pemateri handal di bidangnya seperti Innu Virgiani, M.Psi, Drs. Asep Chairul Gani, Yuria Cleopatra, M.Si dan Ust. Bendri Jaisyurrahman.

Pada kuliah whatsapp pertama, ada Ust. Bendri Jaisyurrahman yang membawakan materi Keseimbangan Peran Ayah Ibu dalam Pengasuhan.



Sebelum tanya jawab berlangsung, moderator memberikan materi pengantar. Berikut sekilas tentang materi pengantar berjudul Bukan Sembarang Lelaki.

Materi dibuka dengan pertanyaan, apa ciri khas kelelakian? Ternyata ukurannya bukan fisik tapi S.I.K.A.P

Lebih jelas dalam Islam mengistilahkan ciri lelaki dengan Al Qowwam, sebuah fitrah yang diberikan pada kaum Adam sejak lahir untuk siap mengatur alam. Alam aja diatur konon lagi keluarga *eaak. Jadi kalau ada banyak tuntutan dalam rumah tangga ya santai aja broh, namanya juga LAKIK.

Seorang lelaki dipanggil ayah gak cukup bermodalkan punya anak, tapi ada konsekuensi di dalamnya, siap mengasuh anak bersama istri tercintah.

Ayah itu bukan sembarang lelaki, jika lelaki biasa mungkin cukup dengan adanya anak, tapi seorang ayah dituntut untuk bisa mendidik anaknya di tengah waktu terbatas ( sebab kesibukan cari nafkah ) dengan beragam siasat.

Berkaca dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam,  ayahnya para nabi. Allah abadikan namanya sebagai teladan hingga keluarganya Allah puji atas seluruh alam ( QS. Ali Imran ayat 33 ) Masyallah.
Baca lagi ayat selanjutnya yakni 35 sampai 37 disana tercantum visi Ibrahim untuk keluarganya.

Dimulai dari aqidah kemudian ibadah sampai akhlak dan lifeskill. Disini tampak Ibrahim memberikan contoh kalau ayah itu adalah sosok yang menentukan arah tugas pengasuhan.

Bisa kebayang repotnya seorang ibu yang diamanahkan suaminya mengurus anaknya tapi gak tahu mau dijadikan apa, mau kemana, ngapain aja? Ibu memang madrasah anaknya tapi ayah-lah kepala sekolahnya.

Balik lagi kepada kisah Ibrahim, setelah membuat visi selesai, tiba perintah Allah untuk membawa istri dan anaknya Ismail ke sebuah tanah antah berantah. Jangan disangka pemilihan lokasi tersebut tidak dipikirkan Ibrahim siang dan malam, tapi sudah Ibrahim pastikan bahwa lokasi tersebut baik untuk pengasuhan anak mereka.

Sebenarnya visi yang jelas dan kuat akan sangat menentukan pengambilan keputusan dalam pengasuhan.

Udah sampai mana proses pembuatan visi misi keluarganya, Ayah Bunda? *pertanyaan ini, akuuu banget huhu

Risikonya, jika salah visi, salah ambil keputusan, maka anaklah yang jadi korban.

So, para ayah, pliiisss peran kalian itu gak sebecanda itu loh, perannya amaaat besar dalam tumbuh kembang anak. Membiarkan anak tanpa sosok ayah, sejatinya merencanakan kerusakan generasi masa depan.

Mau dapat penguatan lagi seputar peran ayah, cus beli buku Fatherman yang ditulis Ust. Bendri, info lengkap bisa ke www(dot)fatherman(dot)id.

Resume Tanya Jawab Peserta Kulwap: Happy Wife, Happy Family

Ada 12 pertanyaan yang masuk ke moderator Sakeluarga dan dijawab ustadz pakai fitur voice note. Pakai fitur ini menurutku lebih asyik, jawaban tersampaikan dengan lebih gamblang, belum lagi ditambah humornya ustadz, agar ketawa tawa dan sedikit tertampar-tampar haha.

Pertanyaan pertama datang dari seorang istri yang perhatian pada suaminya *yaiyalah :-D

Q: Apa yang harus dilakukan istri agar tumbuh sifat Qowwam pada suami? Dan bagaimana menegur suami untuk ambil peran sesuai fitrahnya tanpa  membuat suami tersinggung?

A: Istri dapat mulai membantu suami untuk pelan-pelan perbaiki hubungannya dengan ayahnya, dorong suami untuk ikhlas memaafkan sang ayah. Kemudian, istri sebaiknya mulai menurunkan ego, beri waktu pada suami saat ambil keputusan. Qowwam itu berani memilih dan berani ambil keputusan.

Cara menegur suami, bisa pakai tips yang dilakukan Ummu Sulaim saat hendak memberitahukan kematian putranya tepat pada hari kepulangan suaminya merantau yakni kenyangkan perut atas dan bawah perutnya.

Dalam berbicara dengan suami, hindari pesan ‘kamu’, tapi pakai pesan ‘Mas, aku merasa…’ , gunakan 10 kata saja. Sebelumnya beri apresiasi dulu. Nah saat mulai memberi tahu kekurangan suami, mulakan dengan ungkapan maaf. Lalu setelah semua pesan sampai, ketjup pipi suami dan peluk dari belakang.

Q: Bagaimana pola pengasuhan anak untuk keluarga yang LDM ?

A: Ada 2 hal dalam pengasuhan yang harus dipahami, pertama persepsi bahwa ayah jarang pulang tapi anak tetap fans dengan ayahnya. Balik lagi belajar dari kisah Ibrahim dan anaknya Ismail. Nah ibu pun bantu pasang persepsi baik tentang ayahnya pada anak, seperti ‘Nak, ayahmu sayaang banget sama ibu, dibelikan ibu emas 15 kg, umroh setahun 3x :-D’ ya Allah ngikik aku pas dengar bagian ini. Suami jangan lupa untuk rajin telepon istri, bahagiakan istri.

Kedua, stimulasi ( lengkapnya ada di buku Fatherman ) , ayah harus hadir dalam 3 memorable momen anak, saat sakit, sedih dan prestasi.



Q: Bagaimana cara membagi waktu suami, istri merasa kurang diperhatikan ? btw pertanyaan ini meluncur dari seorang istri loh hehe dan Bagaimana membagi peran pengasuhan ayah bunda yang anaknya perempuan semua? 

A: Pastinya diawal berumah tangga sudah ada kesepakatan yang dilakukan suami istri, salahsatunya 4 waktu utama yang dimiliki seorang wanita agar sehat lahir batin, karena kalau batin wanita tersiksa berdampak pada pengasuhan anak.

4 waktu itu adalah:
Me Time, waktu wanita menyenangkan dirinya ( nyalon, belanja, dan pastikan atm terisi :-D )
Couple Time, waktu berduaan dengan dirimu saaajjaah, dengan pasangan maksudnya bisa dengan pillow talk
Family Time, waktu dengan keluarga besar
Social Time, istri diberikan waktu sosial dengan teman-temannya

Untuk pertanyaan selanjutnya, ayah hadir saat anak perempuannya baligh, bagaimana ayah jadi cinta pertama bagi anak perempuannya. Maka ayah totalitaslah di awal-awal pengasuhan, berganti tugas dengan ibu.

Q: Bagaimana pengasuhan anak dari kedua orangtua yang bekerja?

A: Telaah lagi apa pentingnya istri bekerja di luar rumah, apakah ada hal yang mendesak seperti utang piutang. Coba dipikirkan lagi, prioritaslah. Jangan sampai orang tua kehilangan momen saat anak masih kecil. Masih jelas dalam ingatan kita tentang doa kebaikan kedua orangtua, dimana di penghujung doa berbunyi, sayangilah kedua orangtuaku sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil.

Karena waktu kecil yang menyayangi anak adalah pembantu, ntar doanya bisa diganti sama anak, sayangilah pembantuku sebagaimana pembantuku menyayangiku sejak kecil.

Jika ibu terpaksa juga harus bekerja, pergilah dengan meninggalkan kesan positif pada anak, peluk anak sebelum berangkat, untuk anak yang masih bayi perbanyak sentuhan kulit. Penuhi juga kebutuhan emosi anak. Dan hadirlah dalam 3 waktu anak. Manfaatkan momen berkisah sebelum anak tidur. Kemudian cari orang yang amanah untuk jaga anak.

Q: Bagaimana membangun kedekatan antara anak lelaki ( 1 tahun ) dan ayah ?

A: Penjelasan teknis-teknisnya ada di buku Fatherman, buku ini dicetak terbatas dan eksklusif. Salahsatu teknik menaklukan hati anak adalah memanfaatkan organ sensori yang pertama kali dimiliki anak (QS. An Nahl: 78 ) seperti pendengaran, penglihatan dan hati. Memberi stimulan perkataan ‘ayah sayang kamu’, lebih sering face to face dengan anak, ayah banyak mengusap bagian punggung dan tangan anak, sesekali beri hadiah pada anak.

Istri banyak ceritakan kebaikan ayah. ‘Ayah hebat ya Nak, ayah luarbiasa’

Q: Bagaimana praktik langsung breakdown visi misi? dan cara asyik ajak suami diskusi tentang visi misi

A: Poin penting dalam membuat visi misi keluarga adalah mempertanyakan pada pasangan ‘seriuskah kita dalam berumah tangga?’ sama saat kita mau nanam modal ke perusahaan, pasti kita akan nanya perkembangan modal kita secara berkala, rutin adakan rapat direksi, gak mau rugi, nah ini artinya serius, maka banyak dari kita serius mengelola perusahaan, organisasi tapi abai mengelola keluarga, karena apa? Kita gak serius, gak ada rapat, diskusi.

Perlu ada family meeting sebulan sekali, meski gak serius serius amat, maka disaat tersebut bisa direncanakan amalan pekanan, mingguan, perkembangan anak.

Di keluarga Ust. Bendri ada 5 nilai dasar keluarga beriman ( Bendri Jaisyurrahman ) :-D * paling bisa dah ustadz buat singkatan wkwkw. Berkualitas, Kebersamaan, Kasih Sayang, Keterbukaan, Menjaga kehormatan. Ditulis dan ditempel di dinding, kayak perusahaan yang ada visi misinya. Amalan harian apa, pekanan, bulanan. Jadi harus serius, gaes!

Q: Bagaimana penjabawan kurikulum agama dalam keluarga? Bagaimana menyikapi ayah yang kurang tegas pada anak-anak?

A:  Ada di surah Ibrahim dalam ayat 35 sampai 37, doa Nabi Ibrahim mengenai perlindungan dari berhala, kurikulum pertama kali adalah penanaman tauhid, kurikulum kedua adalah ibadah, dan ketiga, anak dididik untuk berakhlak mulia, keempat, kemampuan bertahan hidup, mandiri, mengelola rezeki, tidak meminta-minta.

Tentang ayah yang kurang tegas: Berikan otoritas pada ayah untuk sosialisasi aturan, jika anak melanggar, yang beri konsekuensi adalah ayah

Q: Bagaimana Ibrahim mendidik istrinya Hajar agar bisa mengasuh Ismail hingga ikhlas disembelih ?

A: Poin penting dalam pengasuhan anak adalah perbaiki diri dan perbaiki hubungan dengan pasangan. Makanya arti dari istilah parenting adalah ilmu tentang orang tua secara personal bukan tentang anaknya. Ayah dan ibu jadilah seperti Ibrahim dan Hajar, sehingga dalam doa Ibrahim, tak pernah meminta tentang anaknya tapi tentang dirinya dulu. Jika kita mengharapkan keluarga kita baik, diri kita dulu yang jadi baik.

‘Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’ ( QS: At-Tahrim: 6)

Jadilah seperti Ibrahim yang ta’at pada Allah. Maka, anaknya Ismail tumbuh jadi sosok anak yang ta’at pula, sehingga ikhlas disembelih.

Kedua, perbaikan kualitas hubungan dengan pasangan. Ini terkait saat awal sekali memilih pasangan. Pasangan yang sholihah seperti kisah Hajar saat ditempatkan di gurun tandus dan mempertanyakan kenapa dikirim kesana? Apakah perintah Allah? Seketika Hajar ridho. Keimanan Hajar teruji dan terbukti. Maka dalam berumah tangga, bukan berarti gak ada konflik tapi bagaimana keduanya sama-sama ridho, itulah yang membuat rumah tangga Ibrahim-Hajar terjaga. Keridhoan Hajar pulalah yang membuat ia dapat menceritakan persepsi baik suaminya kepada sang anak, sehingga Hajar gak pernah curcol sama anaknya.

Jika istri curcol dan merusak persepsi tentang suami pada anaknya, bisa jadi dia gak ridho. Nah, demi mengurangi konflik rumah tangga dan saling ridho, catatlah kebaikan pasangan ( QS: Al Baqoroh: 37 ) Ketika bertengkar, baca lagi daftar kebaikan pasangan yang daftarnya panjaaang itu.

Q: Apakah ada kurikulum pendidikan parenting islam untuk balita, anak-anak dan remaja?

A: Tentu ada, modulnya juga panjang. Kurikulum ibarat menu restoran, sehebat apapun chef nya kalau tidak meningkatkan kualitasnya, gak akan pernah bisa. Karena itu jangan pikirin kurikulum, pikirin kualitas personal, perbaiki skill dasar jadi orangtua, ada di buku Fatherman. Kalau ayah harus pandai bercerita, ibu pandai memasak, memijit, dll.

Q: Bagaimana agar anak tidak merasa terbagi perhatian dengan adiknya? Dan bagaimana menjawab pertanyaan anak yang kritis dan kita gak tahu jawabannya?

A: Inilah perlunya private time bersama anak seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dengan para sahabatnya. Buat anak merasa spesial.

Jujur jika kita gak tahu, dan ortu berusaha cari tahu. Anak gak butuh ortu yang sempurna, tapi anak perlu ortu yang terus meningkatkan kualitas dirinya.

Q: Apa yang harus dilakukan istri bila suami menyerahkan rancangan visi misi keluarga pada istri? Dan adakah contoh detil cara buat visi misi keluarga?

A: Untuk visi misi hal paling penting sebenarnya bagaimana kemauan suami dulu untuk meningkatkan kualitas diri. Ada orang yang secara formil menunjukkan bagaimana keluarganya menjadi keluarga modern atau keluarga yang jelas pengasuhannya  lantas memaksakan visi dan misi tanpa menyadari bahwa hakikatnya antara suami istri sendiri tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki diri. Ini bahaya! Karena visi misi dibuat tapi karakter orangtuanya masih pemalas gak mau belajar, itu hanya tinggal kenangan. Jangan visi misi dulu, yang paling penting suami mau belajar, belajar bareng.

Kalau untuk contoh detilnya, sekali lagi setiap keluarga jangan terbebani dengan visi misi, tapi bagaimana keluarga punya keharmonisasian dulu dan pembahasan visi  misi itu nanti ketemu kalau sudah punya keseiramaan dalam banyak hal.

Q: Apa peran ayah terhadap 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang masih balita  dan peran suami terhadap istrinya?

A: Pertama, jadilah suami yang baik dulu sebelum jadi ayah yang baik,  fokuslah pada kualitas perbaiki hubungan dengan pasangan. Berikan nafkah semampunya, ajak istri ngobrol, berikan kejutan pada istri, luangkan waktu dampingi anak pada 3 waktu tadi, buat private time dengan anak. Jadilah ayah yang dirindukan anak, ayah yang lembut.

Alhamdulillah, masyaAllah luarbiasa euy, materi gak seberapa, pertanyaan dan jawaban yang mendalam membuat pembahasan jadi makjleb huhu.

Intinya yuk perbaiki kualitas diri dan kualitas hubungan dengan pasangan. 

Tungguin tulisanku selanjutnya ya mengenai Berdamai dengan Diri dan Memaafkan  Masa Lalu. For more info tentang sakeluarga , follow IG nya di sini ^^
Semoga bermanfaat!

38 comments:

  1. mantap kak! masukan buat yg single2 nih...

    ReplyDelete
  2. Ajo bendri luar biasa ya mba zee.
    Wah, tulisan ini bisa saya copast ya, biar suami juga dapat ilmu.
    Makasih mba zee. Ditunggu serial selanjutnya, Ehhhhh heheh

    ReplyDelete
  3. ahhh... teringatnya kita ndak jadi ya adain seminar ma ust Bendri?

    ReplyDelete
  4. Kak zee selalu suka sama tulisan kakak,ota share link ke pak suami nih

    ReplyDelete
  5. Noted, peran ayah sama besarnya dg peran ibu ya, masyaallah. Semoga anak² laki² kita pun kelak dapat menjalankan peran keayahannya dengan sebaik²nya. Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak, gak bisa dibanding bandingkan huhu, masing masing punya peran yang berat

      Delete
  6. Ahhh Mak bagian ayah LDM mengena sekali. Karena kami ingin anak anak ngerasa ayahnya masih peduli biarpun jauh. Pas ini poin poinnya mak

    ReplyDelete
  7. Sepertinya aq perlu lg nih upgrade ilmu bersama pasangan,, ehhe cm ya itu waktu si abang padat buat kerja haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. bang libur dulu bang, sini belajar bareng dengan adek, gitu kan chy hehe

      Delete
  8. Bermanfaat kali kak tulisannya jadi banyak belajar

    ReplyDelete
  9. USt, Bendri mah emang keren. Sesekali sering aku forward ke suami materi-materi begini. Karena pengasuhan itu bukan cuma tugas ibu tapi juga tugas ayah

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, pemaparannya asik ya jadi ayah ayah seperti dicubit tapi gak sakit, eh gimana?

      Delete
  10. Nah aku senang nih makin banyak aja topik parenting yang melibatkan peran bapak. Perlu juga parentingXgrandparents

    ReplyDelete
    Replies
    1. perlu banget, someday aku bahas juga yah, pengasuhan keluarga besar

      Delete
  11. Aku dan suami sama2 bekerja, dan memang waktu buat anak itu perlu banget kita selalu usahakan ada buat dia dan alhdamulillah banget dapat orang yg amanah buat jaga anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, pasti gak mudah ya Yu, tapi bisa

      Delete
  12. Dari umur 6 tahun, ayahku meninggal. Aku kirang perhatian ayah hiks..

    ReplyDelete
    Replies
    1. tapi kan ada teman-teman yang perhatian *eaak, semoga kelak dapat suami perhatian dan sholeh ya Kak, aamiin ya rabb

      Delete
  13. Ustadz Bachtiar Nasir juga punya majelis ayah,
    Kenapa banyak majelis seperti jji?
    Mungkin banyak laki laki gak sadar atau mungkin gak tau, taunya cuma nyerahin anak ke ibu, dan laki lakinya hanya sebatas memberi nafkah.

    Padahal tugas bersama ya kak

    Hmmm, semoga suamiku kelak mengerti akan peran ini 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah dek, semakin banyak majelis begini, semakin banyak ayah tersadarkan

      Delete
  14. Pengasuhan itu bukan pengasihan.Bukan hanya tugas istri tapi suami juga. Ini pelajaran buat Alfie kalau menikah. Bermanfaat sekali tulisannya kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bang, semoga kelak abang jadi ayah yang terbaik di mata anak-anak dan Allah ya bang

      Delete
  15. Anak gak butuh ortu yang sempurna, tapi anak perlu ortu yang terus meningkatkan kualitas dirinya.

    Zlebb banget ini kaak. Btw ulasannya mantaaapp

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar banget kak, kualitas diri, itu kuncinya

      Delete
  16. Aku bersyukur banget dalam hidupku karena punya Ayah seperti bapakku ini. Seseorang yg sederhana dan sangat memperhatikan serta peduli pada keluarga. Terimakasih untuk tulisan ini. Mengingatkan srkali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, semoga kelak Tari dapat suami yang sholeh dan perhatian yah serta sayaang keluarga

      Delete
  17. Perbaiki diri sendiri dulu sebelum meminta perbaikan hubungan dengan anak-anak. Jadi doa nya bukan berilah anak yang sholeh ya kak, tapi ijinkan kami untuk menjadi orangtua sholeh. Makasi ilmunya kak zee...

    ReplyDelete
  18. Pengen share ke calon suami ah. hehehe

    ReplyDelete
  19. thanks sharing ilmunya kak, untuk bekal kelak

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama dek Vero, semoga kelak dapat suami yang perhatian dan family man yah, aamiin

      Delete

Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha

Powered by Blogger.