Judul :Luka di Champs Elysées
Pengarang : Rosita Sihombing
Penerbit :Lingkar Pena Publishing House
Tahun terbit : I, Agustus 2008
Tebal : 198 halaman
Jenis Buku : Fiksi
Petualangan Seorang Pahlawan Devisa di Champs Elysées
Mungkin jika dikumpulkan akan ada ratusan atau bahkan ribuan cerita pengalaman dari para TKI yang mengadu nasib di luar negeri. Gelombang TKI ke manca negara sering kali menjadi berita panas, terutama terkait dengan isu-isu penangkapan, pemerkosaan, hukuman mati, penganiayaan dan deportasi. Namun disisi lain banyaknya TKI di luar negeri merupakan salah satu solusi sekaligus harapan baru.
Sebagai solusi berarti bahwa kepergian warga sebagai TKI untuk mengadu nasib di banyak negara tetangga berarti wujud kesadaran dan keberanian masyarakat Indonesia untuk maju dan tidak menyerah dengan kondisi saat ini yang tidak mendukung. Mereka berani berkorban untuk merubah nasib bahkan sampai rela kelurga negeri meninggalkan keluarga dan kampung halaman yang amat dicintai.
Terkisahlah Karimah, seorang muslimah Indonesia yang bekerja di Riyadh dan memutuskan untuk melarikan diri dari majikannya. Ia tak tahan dengan segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh sang majikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa majikan Arab dikenal memperkerjakan pembantu hampir 24 jam dan gaji mereka pun paling-paling tidak jauh dari angka 750 – 1200 real/bulan, atau setara dengan 1-1,5 juta. Karimah termasuk TKW yang tidak beruntung karena mendapat majikan yang semena-mena ddengannya. Kekerasan hingga pelecehan seksual kerap ia rasakan. Setiap hari, setiap detik ia selalu bersahabat dengan kecemasan, ketakutan dan ketidaknyamanan. Hingga pada suatu hari, sang majikan sekeluarga hendak berpelesiran ke Paris dan mengajak serta Karimah.
Betapa senangnya hati Karimah ketika diajak ke Negeri Napoleon itu, negeri sejuta mimp.Paris. Karena ini adalah kesempatannya untuk kabur dan di jalanan Champs Elysées-lah ternyata kesempatan itu ada.
Petualangan baru dalam hidupnya pun dimulai. Berhasilkah Karimah melarikan diri dan petualangan seperti apa yang dialami muslimah ini dan mampukah ia bertahan di negeri yang sama sekali tidak ia ketahui mulai dari bahasanya, orang-orangnya, kebudayaannya, benar-benar buta akan Paris?
Melalui tema yang sederhana ditambah mimpi yang sederhana dibalut kata-kata yang sederhana dari kisah perempuan sederhana dan pemikiran yang sederhana, sang penulis bernama lengkap Rosita Sihombing ini mencoba menyampaikan pesan pada pembaca bahwa inilah salah satu potret nasib para TKI khususnya TKW, tak ada hukum yang benar-benar melindungi hak mereka. Padahal sumbangan devisa yang diberikan para TKI kepada negara ini mencapai angka lebih dari Rp.100 Triliun, makanya sebutan Pahlawan Devisa melekat pada mereka karena jasa mereka itu.
Membaca novel ini membuat saya selaku pembaca terbuai dengan Paris versi penjabaran sang penulis yang bersuamikan orang Prancis ini. Dari pendeskripsian Paris dari tulisan saja sudah indah, bagaimana pula dengan Paris yang sesungguhnya tentunya akan lebih sangat indah lagi. Mungkin perasaan serasa di Paris akan lebih terasa jika ada peta mungil yang tercetak dalam buku ini.
Lebih daripada itu kisah dalam novel bercoverkan pink ini sangat memikat. Perpaduan antara kepiluan dan kesadaran atas sebuah adagium, bahwa betapa pun dalam penderitaan manusia. Ia pasti segera bangkit. Selamat Membaca!
Penerbit :Lingkar Pena Publishing House
Tahun terbit : I, Agustus 2008
Tebal : 198 halaman
Jenis Buku : Fiksi
Petualangan Seorang Pahlawan Devisa di Champs Elysées
Mungkin jika dikumpulkan akan ada ratusan atau bahkan ribuan cerita pengalaman dari para TKI yang mengadu nasib di luar negeri. Gelombang TKI ke manca negara sering kali menjadi berita panas, terutama terkait dengan isu-isu penangkapan, pemerkosaan, hukuman mati, penganiayaan dan deportasi. Namun disisi lain banyaknya TKI di luar negeri merupakan salah satu solusi sekaligus harapan baru.
Sebagai solusi berarti bahwa kepergian warga sebagai TKI untuk mengadu nasib di banyak negara tetangga berarti wujud kesadaran dan keberanian masyarakat Indonesia untuk maju dan tidak menyerah dengan kondisi saat ini yang tidak mendukung. Mereka berani berkorban untuk merubah nasib bahkan sampai rela kelurga negeri meninggalkan keluarga dan kampung halaman yang amat dicintai.
Terkisahlah Karimah, seorang muslimah Indonesia yang bekerja di Riyadh dan memutuskan untuk melarikan diri dari majikannya. Ia tak tahan dengan segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh sang majikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa majikan Arab dikenal memperkerjakan pembantu hampir 24 jam dan gaji mereka pun paling-paling tidak jauh dari angka 750 – 1200 real/bulan, atau setara dengan 1-1,5 juta. Karimah termasuk TKW yang tidak beruntung karena mendapat majikan yang semena-mena ddengannya. Kekerasan hingga pelecehan seksual kerap ia rasakan. Setiap hari, setiap detik ia selalu bersahabat dengan kecemasan, ketakutan dan ketidaknyamanan. Hingga pada suatu hari, sang majikan sekeluarga hendak berpelesiran ke Paris dan mengajak serta Karimah.
Betapa senangnya hati Karimah ketika diajak ke Negeri Napoleon itu, negeri sejuta mimp.Paris. Karena ini adalah kesempatannya untuk kabur dan di jalanan Champs Elysées-lah ternyata kesempatan itu ada.
Petualangan baru dalam hidupnya pun dimulai. Berhasilkah Karimah melarikan diri dan petualangan seperti apa yang dialami muslimah ini dan mampukah ia bertahan di negeri yang sama sekali tidak ia ketahui mulai dari bahasanya, orang-orangnya, kebudayaannya, benar-benar buta akan Paris?
Melalui tema yang sederhana ditambah mimpi yang sederhana dibalut kata-kata yang sederhana dari kisah perempuan sederhana dan pemikiran yang sederhana, sang penulis bernama lengkap Rosita Sihombing ini mencoba menyampaikan pesan pada pembaca bahwa inilah salah satu potret nasib para TKI khususnya TKW, tak ada hukum yang benar-benar melindungi hak mereka. Padahal sumbangan devisa yang diberikan para TKI kepada negara ini mencapai angka lebih dari Rp.100 Triliun, makanya sebutan Pahlawan Devisa melekat pada mereka karena jasa mereka itu.
Membaca novel ini membuat saya selaku pembaca terbuai dengan Paris versi penjabaran sang penulis yang bersuamikan orang Prancis ini. Dari pendeskripsian Paris dari tulisan saja sudah indah, bagaimana pula dengan Paris yang sesungguhnya tentunya akan lebih sangat indah lagi. Mungkin perasaan serasa di Paris akan lebih terasa jika ada peta mungil yang tercetak dalam buku ini.
Lebih daripada itu kisah dalam novel bercoverkan pink ini sangat memikat. Perpaduan antara kepiluan dan kesadaran atas sebuah adagium, bahwa betapa pun dalam penderitaan manusia. Ia pasti segera bangkit. Selamat Membaca!
Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha