-->
Menu
/

-ZeViT GrOW- Medan, 25 Juli 2008

CeRiTa SePuTaR PosTuR TuBuH

Kepada : Zevit Grow

Alamat Po Box 4360 JKTM 12700

Pengirim : Nurul Fauziah

Alamat : Jl. Bambu Kp. Durian No.5 Medan, 20235

No.Hp/ No.Tlp : 061-6615107 / 0852-6148-3012

OBSESI SEORANG PEMIMPI

Oleh: Nurul Fauziah

Ya Allah, tinggikanlah badan Nurul! Amiin.

Permintaan yang satu itu tidak pernah absent dari daftar do’a yang kuajukan setiap selesai sholat lima waktu. Dan tentu saja berharap sangat dikabulkan.

Punya tinggi badan seperti peragawati atau seperti Miss Universe-lah paling tidak. Itulah obsesiku waktu masih duduk di bangku Tsanawiyah. Ada banyak hal lucu yang kulakuakan untuk mewujudkan obsesiku itu. Saat nenek buyutku masih hidup, beliaulah yang menjadi alat pengukur tubuhku. Maksudnya, nenek buyutku itukan badannya bungkuk jadi agak pendek kelihatannay, sekitar 140 cm. Nah, setiap kali kami berpapasan jalan dan berdampingan dengan nenek buyutku itu, disitulah aku mengukur tinggi badanku. Jiak tinggiku lewat dari bungkuk berarti aku bertambah tinggi. Dan tercapai. Aku berhasil melewati bungkuknya, saat itu aku duduk di kelas tiga tsanawiyah, 150 cm tinggiku. Tapi aku belum puas. Terus berdo’a dan berusaha. Targetku minimal tinggi 170 cm. Khayalan tingkat tinggi.

Bukan itu saja yang kulakukan, setiap kali aku berobat ke dokter saat aku sakit. Tujuan utamaku bukan duduk manis dan konsultasi apa penyakitku. Tapi, aku menuju kea lat pengukur tinggi badan. Aku cepat-cepat menempelkan punggungku pada alat yang terbuat dari besi pipih panjang seperti penggaris yang ditempelkan ke dinding kemudian ada alat pembatas tinggi yang bias naik turun. Street…pembatas tinggi perlahan-lahan turun. Lama amat nyampenya diubun-ubun kepalaku.

“150 cm”, kata perawat yang mengawasi aku mengukur tinggi badan.

“Dok, bisa tidak badan saya bertambah tinggi lagi?”

“Masih bisa, karena kamu masih dalam masa pertumbuhan. Biasanya untuk anak perempuan, pertumbuhan tulangnya berhenti di usia dua puluh tahun.”

“Waduh cepat sekali”, ujarku setengah tak percaya. “Jadi, dok saya harus ngapain supaya bertambah tinggi?”.

“Ya…kamu harus makan-makanan yang bergizi, minum vitamin, atau dengan berenang”.

“BERENANG?!”

Seumur hidupku—waktu itu umurku 15 tahun, hanya tiga kali aku berenag. Pertama, saat merayakan ulangtahun kakak sepupu. Jadi, aku dan sekeluarga ditraktir berenang. Kedua, acara ulangtahun teman SD-ku—juga ditraktir berenang. Dan terakhir, pergi renang rame-rame bareng sohib-sohib sejati, waktu itu BMM (Bayar Masing-Masing) alias tidak ditraktir.

Masa-masa sulit memulihkan rasa PD karena kurang tinggi, saat aku jadi pengurus OSIS di Aliyah kelas dua. Dimana aku harus berinteraksi dengan banyak orang, termasuk adik kelas yang kebanyakan lebih tinggi dari aku. Rasanya tidak pantas aku jadi kakak kelas. Bayangkan saja, tinggi badanku tidak bertambah-tambah sejak pengukuran yang kulakukan bersama dokter waktu itu. Lalu kalau dipikir-pikir kapan pantasnya menjadi kaka kelas hanya gara-gara tinggi badan yang tidak proposional?. Pertanyaan itu yang harus akui jawab supaya bangkit dari krisis ke-pede-an ku.

Kami ada lima orang yang agak imut dikelas, satu cowok, empat cewek, termasuk aku. Kami berlima tidak luput dari ledekan teman-teman yang hobinya melawak di kelas. Seperti waktu itu, ada tugas diskusi dari guru. Jadi, ada persoalan yang tidak aku mengerti, untuk itu aku menganngkat tangan dan berdiri.

“Ya, kepada saudari Nurul silakan berdiri dan sampaikan pertanyaan Anda,”kata Danu yang bertugas sebagai moderator mempersilakan diriku.

Aku pun berdiri dengan pede-nya dan berharap pertanyaanku sangat kritis dan sulit terjawab. Belum sempat aku bertanya, moderator ngomong lagi kepadaku dengan gaya sok seriusnya.

“Anda yang ingin bertanya silakan berdiri, kenapa masih kelihatan duduk?”.

Aku bingung pada moderator padahal aku kan sudah berdiri, kenapa disuruh berdiri lagi?.

Tiba-tiba seisi kelas tertawa gaduh. Suasana diskusi yang tadinya dingin, kaku kayak gunung es di kutub utara, kini mencair.

Aku baru menyadari, kalau itu lelucon. Menghibur juga postur tubuhku ini, hua-ha-ha. Aku pun tersapu-sapu malu eh salah tersipu-sipu malu.

Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha

Powered by Blogger.