Awalnya agak cuek dengan
postingan brosur acara di salahsatu grup facebook
saya, tapi lama-lama tersihir dengan kata WYLVERA yang dicetak dengan huruf
capital, warna merah dan kata itu memang dibuat lebih besar diantara kata yang
lain.
Wylvera sepertinya pernah
baca nama ini tapi dimana ya *pikir saya* ternyata pas stalking lagi di grup Penulis Bacaan Anak, wuah ternyata Bunda
Wylvera atau akrab dipanggil Bunda Wiwik adalah penulis produktif yang
postingan facebook nya selalu tentang
karyanya yang baru terbit, rencana-rencana kepenulisannya dan masih banyak lagi
postingan yang kadang membuat saya iri saat membacanya =D
Surprise nya
adalah ditengah lunturnya rasa penasaran saya terhadap sosok nama Wylvera
(namanya keren yak an? =D) bahwa Bunda akan mengisi pelatihan menulis di Medan.
Saya pun tak menyiakan kesempatan itu, langsung saya catat tanggal, saya
hubungi panitia dan saya ajak teman buat ikut pelatihan menulis. Akhirnya…
Jum’at, 16 Agustus 2013,
dengan semangat membara, jam delapan lewat dikit saya dan teman-teman saya sudah
tiba di aula Jurusan Analisis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Medan meskipun
pakai acara kesasar juga ke BPOM Medan hahaha
Tetiba kami disana, ternyata
yang boleh ikut mah perempuan saja, wew saya baru tahu kalau acaranya khusus
perempuan =( agak kecewa juga teman saya yang laki-laki, pulanglah dia =D
Oke, berhubung acara gratis,
mudah saja menebak paradigma orang, ‘ah
gratis aja kok, ngapain cepat-cepat kali datang’ atau ‘gratis aja kok, nanggun balik ke Medan, nikmati sisa-sisa liburan di
kampong halaman lebih enak’, ‘ah gratis aja kok…’, bla bla bla
Bunda Wiwik sesaat sebelum mulai acara (foto: doc.pribadi) |
Acara yang disponsori oleh
Rumah Fitrah Medan dan IKAPPAI (Ikata Alumni Pesantren At-Thoyibah melalui
Divisi Pemberdayaan Perempuan) ini diawali oleh pembicara yaitu Bunda Wiwik
dengan sebuah kalimat bijak dari Michael Crichton,
Jika Anda berhasil,
teruslah berkarya
Jika Anda gagal,
teruslah berkarya
Jika Anda tertarik,
teruslah berkarya
JIka Anda bosan,
teruslah berkarya
Kalimat pembuka yang menohok
menurut saya, meskipun saya penulis tapi adanya acara kepenulisan dan saya
mengikutinya lagi dan lagi, seperti sebuah charger
buat saya, jadi masalahnya bukan terletak pada sudah jadi penulis atau tidaknya
seorang peserta, tapi terletak pada kemauan, kemauan untuk belajar dan bahkan
ilmu yang diberikan oleh pembicara bisa tersebar lebih baik oleh orang-orang
yang mau belajar tadi =), setuju?
Kemudian Bunda Wiwik
menyampaikan bahwa untuk menjadi penulis, hal apa saja yang harus dilakukan?
Ibarat mau buat kue, bahan-bahan yang dipersiapkan adalah tetapkan dan perjelas
tujuan, sebenarnya untuk apa menulis? Untuk kesenangan pribadi kah, untuk
dikomersilkan kah atau untuk apa? Kemudian apa sih yang mau dicapai kalau kita menulis?
Dan yang paling penting nih, pastikan saat kita menulis, kita harus libatkan
hati atau perasaan.
Nah, dipoint kalimat terakhir ini Bunda Wiwik melontarkan sebuah joke, jadi sebenarnya tulisan yang keren
itu lahir dari penulis yang galau :O , tapi kan gak mesti galau dulu baru nulis
atau sekarang galau yang dimaksud adalah galau yang bagaimana? =D sila jawab sendiri ^_^
Lagi-lagi, saya gak pernah
menyesal kalau sudah mengikuti majelis ilmu atau istilah modernnya adalah
pelatihan, pelatihan menulis tepatnya. Bayangkan saja, slide Bunda Wiwil berikutnya adalah kutipan dari kalimat bijak Kurt
Anderson. Kurt bilang Menulis adalah sebuah perjuangan, sebuah kesungguhan. Apa
gak JLEB saya?! @_@ berarti selama ini saya belum sungguh-sungguh dalam
menulis? T_T
Terkadang kita punya
potensi, tapi malas mencoba
Kita punya ide, tapi
jarang mau berbagi
Kita tahu kita bisa,
tapi kita belum punya selembar ‘mau’
Kita sering berlatih,
tapi kurang bersungguh-sungguh T_T
Kontemplasi
awak jadinya kan? *merenung*
Nah,
dengan begitu terbuktilah teori yang pernah dibilang Einstein, bakat itu cuma 1
% kawan, yang membuat bakat itu jadi ‘gift’, jadi ‘expert’ adalah 99 % kerja
keras.
Lebih
lanjut, Bunda Wiwik mencoba membuka paradigma peserta. Diantaranya paradigma
budaya cerita kita selama ini berawal dari mengamati, alangkah bermanfaatnya
bila dialihkan dalam bentuk tulisan.
Sering
dalam pelatihan menulis, para peserta disugesti bahwa salahsatu manfaat menulis
adalah bisa buat awet muda loh. Itu logikanya begini, sering kita marah namun
meluapkannya dengan langsung ke objek, menurut penelitian bila marah, ada
sekitar jutaan sel di wajah mengalami pelonggaran, tapi bila disalurkan dengan
menulis, kemarahan dan kekesalan itu bisa jadi bahan introspeksi diri, secara
gak sadar dalam tulisan kita, kita jadi seorang yang mampu menjabarkan
masalahnya dan ujungnya ketemu solusi deh. Asyikkan? ;)
Endingnya nih, tips dari
penulis, saya suka bagian yang ini, karena apa? Si penulis bukan sekadar omdo,
omongdoang, tapi sejuta persen saya yakin tips ini lahir dari pengalaman
penulis jungkir balik untuk komitmen dengan pilihannya, konsisten menulis.
Tipsnya
adalah:
1.
Menulis
itu harus focus, bila terbersit ide lain saat menulis satu ide, silahkan catat
ide yang terlintas, suatu saat pasti berguna
2.
Yakinkan
diri bahwa selalu ada waktu untuk menulis
3.
Menulis
itu kerja keras, Men! Mau punya buku, tapi gak konsisten nulis, gimana mau jadi
bukunya? :O
4.
Buat
jadwal, cari waktu yang pas buat nulis
5.
Buat
target harian, sanggupnya nulis berapa halaman per hari
6.
Buat
punishment n reward terhadap jadwal yang dilanggar dan ditepati =)
Selamat
bersenang-senang di dunia kata, trims to Bunda Wiwik ^_^
Seperti
biasa, biar menular ilmu nya dan makin afdhol, kita beli buku penulisnya, minta
tanda tangan dan kalimat magicnya dan
foto bareng \(^0^)/.
lagi tanda tangan ^_^ |
foto bareng with Bunda Wiwik ^_^, Buku Misteri Anak Jagung, Buku Kue Kue Cinta, Me dan Uul |
Kok loe gak ngajak gue sih neng ?
ReplyDeleteyaelah mak, gue lupa, @_@ Mahaph ya Mak, ntar kalao ada lagi gw kabarin dah ^^
ReplyDeleteMenulis itu kerja keras diakhir,.
ReplyDeleteHarus tandatangani buku yang diinginkan penggemar dengan dibubuhi tanda tangan kita, hehehe..