Aku menatap tumpukan
undangan berwarnakan kulit terong sambil berpikir bahwa hal ini akan menjadi
hal yang seru dan ternyata memang benar seru.
Sejak amanah itu
diberikan padaku di hari Minggu, mulai membentang peta rumah yang hendak dituju
untuk dibagikan undangan. Jadilah empat hari ini aku dan temanku bergerilya
menyebarkan undangan.
Alasan kenapa aku
terima tawaran untuk membantu sebar undangan, tidaklah muluk-muluk, insyallah
tulus murni untuk membantu. Itu saja. Namun, sebenarnya ada alasan lain sih,
teringat tulisan Jamil Azzaini, ‘Kalau mau dapat jodoh, ya, sedekah yang
berdekatan dengan seputar perjodohan. Misalnya, kamu membuatkan undangan teman
kamu yang mau menikah’. Hehehehe…
Sebagian undangan
sudah disebar dan hari ini hari terakhir penyebaran undangan. Sisa dua undangan
lagi yang belum diantar. Pertama, aku ke kampus tempat dimana Mb Win bersemayam
:D. Ternyata Mb Win tidak sendiri ada teman obrolnya, yakni Bu Ros.
Sebaik aku sampai, Mb
Win langsung punya ide tebak-tebakan.
‘Bu Ros, coba tebak
dia kelas berapa’, sambil melirik lucu ke arahku
AKU??? *deg deg an
menanti jawaban seperti apa yang akan keluar dari mulut Bu Ros*
‘SMP, ya? ’ jawab Bu
Ros sekenanya
Me: -_-“
---- Abaikan percakapan di atas, bad ending banget. Langsung ke inti
persoalan :D--------
By
the way, Mau tahu gayaku pas menyodorkan undangan?
‘Mbak, datang ya!’
sambil menyorongkan undangan ke arah Mb Win dan tak lupa pasang wajah akting
seolah akulah yang punya hajat :D padahal cuma kurir doang hehehe
‘Wah, undangan siapa
ni? Nurul ya?’ seru Mb Win dengan wajah berbinar binar
Cihuy, aktingku
berhasil :D *Dalam hati*
Selanjutnya, aku
mengakui segalanya bahwa itu undangan Bang Fad … Bla … Bla
Cerita punya cerita,
eh Bu Ros, teman ngobrolnya Mb Win malah mulai mengarahkan cerita ke
pernikahan.
Bu Ros cerita tentang
pengalaman dia bertemu dengan jodohnya. Bila diceritakan ulang, kita bisa
menggelar tikar, seduh kopi dan makan ubi bakar di halaman belakang sambil
cerita :D.
Inti sari dari cerita
Bu Ros hari ini adalah:
1.
Bahwa orang yang menikah, butuh dua
tahun untuk beradaptasi dengan kehidupan pernikahannya.
2.
Jika sudah menikah dan terjadi percekcokan,
jangan sekali-kali sang istri mengadu pada orangtuanya, tapi mengadulah pada
orangtua suami begitu juga sebaliknya bila istri susah diberi tahu, suami
mengadulah pada orangtua istri.
Terus, apa lagi ya?
Itu saja point yang aku dapat dari obrolan siang tadi.
Kemudian, aku
melanjutkan perjalanan ke Barat untuk mengambil Kitab Suci, eh tunggu dulu,
berasa opening cerita Sun Go Kong deh -_-. Aku melanjutkan
perjalanan ke kantornya Bu Rutma. Sekilas Ibu Rutma kayak ibu-ibu *emang
ibu-ibu kaleeee* Ibu Rutma orangnya asik :D
Lihat Bu Rutma seolah
melihat aku di usia dia yang sekarang, mungkin bila aku sudah memasuki masa
se-usianya, sebelas dua belas kami mirip. Awet mudanya, cerianya, cara
menjalani hidup, ah mirip aku banget J,
serius. Terkadang begitu ya kan, interaksi kita dengan banyak orang tidak
menutup kemungkinan kita bertemu orang yang dari segi sifat, gaya bicara, gaya
jalan, sikap, kita seperti melihat diri kita sendiri.
Awalnya tidak nyangka
pertemuanku dengan Bu Rutma bakal selama itu, satu jam setengah kami ngobrol
dan yang diobrolin sudah melewati ruang dan waktu, alias yang dibicarakan itu
masa lalu hehehe. Lebih gak nyangka lagi Bu Rutma bakal seterbuka itu,
ekspresif banget hehehe dan dia tidak segan berbagi pengalamannya dalam menjemput
jodoh.
Sebelum lupa ini dia
point nasihat dari Bu Rutma:
1.
Patuhi orang tua. Kelihatannya klise
banget ya, tapi beneran deh, orangtua selama masih ada, kita kudu hormati dia,
dengerin baek-baek nasihatnya. Insyallah urusan kita akan dipermudah sama Allah.
2.
Isi masa penantian dengan kegiatan
yang positif.
3.
Kata orang, pernikahan itu seperti
bermain judi. Ibu tidak setuju dengan pernyataan itu. Percayalah, wanita yang
baik untuk pria yang baik begitu sebaliknya. Bila nanti ada rumah tangga yang
goyah, coba lihat bisa jadi ada cara yang salah saat kita menjemput jodoh kita,
misalnya sampai melawan ortu karena gak dapat restu, atau sudah ‘pegang’ sana
sini sebelum halal :D ,
jangan sampai ya terjadi T_T
4.
Apalagi yah hal yang paling kuingat
dari nasihat Bu Rutma *mikir sambil makan dodol*, oh ya, Bila kita telah
menikah, ingat bahwa harta suami adalah harta emak dan bapaknya juga, jadi jika
suami membelikan sesuatu, misalnya pakaian, satu untuk ibunya dan satu untuk
istrinya, pastikan ibu suami harus memilihnya dahulu baru sisanya adalah punya
istri .
5.
Kemudian Jika mertua ke rumah dan dia
suka sama sesuatu, jangan kamu menolak untuk memberinya. Bila ibu mertua suka
sama sandal istri, langsung saja berikan, meski sang istri sukaaa banget sama
sandal itu, toh sandal bisa dibeli lagi, tapi bukti kepatuhan kita pada
orangtua kapan lagi diwujudkan selain memberikan apa yang kita punya. Ingat
mertua kita sudah menjadi orangtua kandung kita juga. Menyenangkan hati
orangtua kan pahala juga, besaaar banget pahalanya
Ah, efek silahturahmi
itu besar banget ya? Senangnya ada yang mau berbagi cerita dengan kita, hati
menjadi seluaaasss langit di angkasa dan belajar dari pengalaman merupakan
harta yang berharga euy ^_^
Mau tahu banyak
tentang pernikahan dan kamu punya twitter, bisa follow @TweetNikah, daku bukan
adminnya tapi followers sejati hehehe sukaaa banget sama twit-twit tentang
nikah yang diposting adminnya dan ada tema tertentu yang dibahas seputar
pernikahan.
Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha