Judul Buku : Menjemput Hidayah Cinta
Pengarang : Tunggul Tranggono
Penerbit : Salsabila Kautsar Utama
Tahun Terbit : 1, Januari 2009
Tebal : 484 halaman
“Setiap hamba selalu membutuhkan hidayah pada setiap waktu dan kesempatan, dalam setiap perkara yang hendak dikerjakan atau ditinggalkannya.” (Ibnul Qayyim al-Jauziyyah)
Selalu berpenampilan rapi, dari ujung rambut sampai ujung kuku, wangi, ganteng-ganteng, cantik-cantik, kerja di perusahaan bonafit dengan gaji sekian puluh juta, bergaya hidup serba wah--hedonis, kurang lebih seperti itulah penggambaran para eksekutif muda zaman sekarang.
Namun bagaimana dengan kehidupan percintaan mereka?. Apakah semulus kehidupan karir mereka yang terus meroket atau malah adem ayem saja karena keasyikan meniti karir hingga lupa cari jodoh. Atau malah sebaliknya, banyak mereka yang menghindar dari kita karena kita terlalu sulit untuk diraih. Kalaupun telah mendapatkan sang pujaan hati segalanya juga masih belum tentu pasti, belum tentu pasti jalannya akan mulus-mulus saja apalagi jika sudah ada niat untuk meneruskannya ke jenjang yang lebih serius.
Pengarang : Tunggul Tranggono
Penerbit : Salsabila Kautsar Utama
Tahun Terbit : 1, Januari 2009
Tebal : 484 halaman
“Setiap hamba selalu membutuhkan hidayah pada setiap waktu dan kesempatan, dalam setiap perkara yang hendak dikerjakan atau ditinggalkannya.” (Ibnul Qayyim al-Jauziyyah)
Selalu berpenampilan rapi, dari ujung rambut sampai ujung kuku, wangi, ganteng-ganteng, cantik-cantik, kerja di perusahaan bonafit dengan gaji sekian puluh juta, bergaya hidup serba wah--hedonis, kurang lebih seperti itulah penggambaran para eksekutif muda zaman sekarang.
Namun bagaimana dengan kehidupan percintaan mereka?. Apakah semulus kehidupan karir mereka yang terus meroket atau malah adem ayem saja karena keasyikan meniti karir hingga lupa cari jodoh. Atau malah sebaliknya, banyak mereka yang menghindar dari kita karena kita terlalu sulit untuk diraih. Kalaupun telah mendapatkan sang pujaan hati segalanya juga masih belum tentu pasti, belum tentu pasti jalannya akan mulus-mulus saja apalagi jika sudah ada niat untuk meneruskannya ke jenjang yang lebih serius.
Adalah Adhitomo digambarkan sebagai sosok laki-laki yang islami dan taat beribadah. Pembawaannya yang sopan, ramah, perhatian dan peduli membuat banyak orang menaruh banyak simpati. Tak ayal lagi dengan kesempurnaan yang dimilikinya: ganteng, fisik atletis, tajir, sang eksekutif muda mapan surga ini pun menjadi incaran kaum hawa.
Ternyata segala kemudahan yang dimiliki Adhitomo membuatnya tidak mudah untuk mendapatkan wanita idaman hatinya.
Hingga suatu ketika, Adhitomo yang bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta di mutasikan ke Medan.. Kota yang terkenal ‘keras’ ini ternyata mampu meluluhkan hati Adhitomo.
Corina Anastasia, gadis Medan yang berhasil meluluhlantakkan hati Adhitomo sang arjuna. Corina merupakan sosok yang sama dengan dirinya dalam hal kelebihan dan keunggulan fisik maupun kecantikan lahiriyah. Sayang seribu sayang, ada tembok tebal yang membatasi keduanya untuk bersatu. Perbedaan keyakinan antara mereka. Adhitomo sendiri pun menyadari bahwa tidak mungkin baginya meruntuhkan penghalang itu.
Sebuah novel yang menggugah dan menyentuh hati. Porosnya pada konflik batin sang tokoh utama wanita, Corina Anastasia. Corina memutuskan untuk meninggalkan keyakinan lamanya. Langkah yang ditempuh Corina juga harus berhadapan dengan resiko yang tidak kecil. Dia harus rela terbuang dari rumah, keluarga dan lingkungannya. Namun, Corina tidak menyerah. Corina yang memang cerdas mengatur pelarian dirinya mencari keyakinan barunya dengan sangat baik dan terencana. Berhasilkah mereka bersatu kembali dalam satu ikatan yang sakral dan bahagia untuk selamanya?.
Mengangkat tema kisah percintaan ala eksekutif muda cukup menarik, seringnya tema yang diangkat masalah percintaan remaja yang cenderung klise membuat pembaca bosan. Tunggul Tranggono sang penulis yang telah memasuki masa pensiunnya dari tempat ia bekerja dan masih aktif menulis diberbagai media ini mencoba mencari suasana yang berbeda.
Novel ini beliau tulis dengan maksud untuk memberikan suri tauladan bagi generasi muda khususnya agar segala pola pikir dan perilakunya senantiasa berdasarkan kepada akidah dan tatanan yang benar, khususnya saat berinteraksi dengan lawan jenis. Beliau merasakan semakin menipisnya karakter dan moral dikalangan generasi muda zaman ini.
Dari dialog para tokoh utamanya kita sedikit banyak dapat pelajaran tentang cara bergaul yang diatur dalam islam tak terkesan menggurui tapi cukup mudah dimengerti. Hanya saja Adhitomo yang paham agama saja masih suka melanggar ajaran agamanya sendiri, memang wajar manusiawi tapi, bagaimana dengan orang awam yang mengaggap itu adalah sebuah kewajaran.
Terlepas dari semua itu, novel ini mengajarkan kita untuk menjalani segala penderitaan cinta dengan ikhlas dan kejujuran hati untuk menemukan dan mendapatkan cinta sejati. Selamat membaca.
lagi-lagi soal cinta!
ReplyDeletedeu...bikin aku jadi gimana gitu..^_^