Oleh karena itu, bila ke toko buku, saya tahu buku apa yang saya
mau beli. Adapun hal yang saya pertimbangkan sebelum membeli buku.
Pertama, Manfaat Buku
Kalau istilah Hernowo,AMBAK, apa manfaatnya bagiku. Pertimbangan
sebelum membeli buku adalah bertanya pada buku itu :D apa manfaat kamu buat
akuh?
apakah lagi dilombakan, dengan hadiah yang bikin ngiler? Apakah memang saya
lagi perlu dengan pembahasan yang ditulis dibuku untuk keperluan bahan tulisan
saya? Apakah kisah hidup di novel yang ditulis itu mirip dengan kisah hidup
saya? #eaakk
Kedua, Harga Buku
Nah, setelah tahu manfaatnya, kemudian kita melihat dibalik buku
itu, biasanya nempel di ujung kanan bawah, ya harganya pemirsa :D kalau untuk buku yang dilombakan, saya gak
lihat harga *ceileeh, gaya banget* tapi saya budget in uangnya, baru seminggu atau paling lama sebulan kemudian
baru terbeli oleh saya hahaha, begitu juga dengan buku yang amat sangat saya
impikan, terkadang saya foto dulu itu buku, sebelum tidur saya pandangin
fotonya, sambill ngomong, ‘kamu akan segera jadi milik akuh, jadi sabar ya,
jangan sold out dulu dari toko buku tetaplah di rak itu’ hihihihi
Ketiga, Selektif Dengan Buku Terjemahan
Khusus untuk buku terjemahan, saya cukup selektif, buku terjemahan
yang gak pernah nyesel saya pinjam #eh , *soalnya kalau beli belum cukup
uangnya untuk beli langsung per seri T_T jadinya pinjem ke teman atau ke
perpustakaan hehehey* adalah karya J.K Rowling dan Dan Brown, terjemahannya
keren *_* , makanya berpikir ulang kalau beli buku terjemahan, cari tahu,
kemudian tanya teman yang sudah beli, atau minta direkomendasikan buku
terjemahan apa yang keceh.
Sepertinya tiga hal itu saja yang saya pertimbangkan, gak terlalu ribet
saya mah soal buku. Toh terkadang, saya masih punya 10 buku yang belum saya
baca, kemudian sudah berambisi untuk beli buku yang lain, hahaha
Kekhilafan yang tak pernah saya sesali adalah, khilaf membeli buku,
apalagi kalau diskon, waduh, itu saya mesti pergi membawa kawan, untuk
mengendalikan kekhilafan saya. Karena, bagi saya, membeli buku tak pernah ada
ruginya, kita bisa baca kapan saja, kemudian setelah selesai kita baca, kita
bisa resensi ke media, bila berjodoh dengan koran tersebut, dan terbit, nah
honornya bisa beli buku lagi, bahkan ada penerbit yang member feedback bagi pembaca yang meresensi
buku mereka. Jadi, manfaat beli buku itu seperti gak ada habis-habisnya.
Membeli dan Membaca buku bisa buat kita kaya, hati-hati, waspadalah! Kaya ilmu
dan kaya honor serta buku Anda akan menumpuk, bertambah lagi dan lagi :D
Masalah Paling Krusial
di Dunia Penerbitan Buku di Indonesia
Sebenarnya, perkembangan penerbitan buku di Indonesia beberapa
tahun terakhhir cukup pesat, kenapa? Saya melihatnya dari toko buku yang sering
saya kunjungi di daerah saya, hmm…bling bling mata saya melihat display buku baru. Senang melihatnya.
Namun, geliat itu masih menyimpan kendala ternyata, saya dan
teman-teman dari FLP pernah mengunjungi salah satu kantor cabang sebuah
penerbit di Medan, dari kunjungan tersebut, banyak fakta yang terkuak, tentu ini
dari sudut pandang penerbitnya dulu,
Penerbit sering didesak penulis mengenai royalti, padahal penerbit
sudah berusaha professional dengan melaporkan royalty 3 bulan sekali, ada atau
tidak ada buku terjual, nah masalahnya, penulis sering meminta hak tanpa
mengerti kendala dari penerbit sendiri, seperti penjualan buku yang belum
terjual banyak. Intinya pengertian dari penulis. Kemudian kejamnya dunia
perbukuan adalah ketika sudah masuk ke toko buku, bila tiga sampai enam bulan
penjualan tidak menunjukkan tanda-tanda menggairahkan, buku tersebut langsung
di retur dan menumpuk di gudang toko buku, untuk selanjutnya siap siap di
diskon T_T. Nah,dalam hal ini penting sekali kerja sama penerbit dan penulis
untuk sama-sama semangat marketing, penerbit mah gak usah ditanya, marketing
sudah jadi target mereka, penulis semestinya begitu juga, semangat menjadi
marketing buku sendiri. Content is a King, Promotion is a queen.
Begitu hasil silaturahim kami dengan penerbit di Medan,
kawan-kawan yang mau menerbitkan buku, penting juga untuk mengetahui penerbit
yang hendak dituju, kalau perlu berkenalan dengan pemimpin redaksi, atau
editornya, dengan begitu sangat mudah mengetahui naskah seperti apa yang
penerbit perlukan.
Kalau dari sudut pandang penulis, Alhamdulillah bila dapat
penerbit yang professional dalam urusan laporan royalti, terkadang ada penerbit
yang php-in penulis masalah laporan royalti, semoga lebih professional lagi dan
penulis pun mestilah santun dalam mempertanyakan haknya, jadi sama-sama enak
;-).
Masalah yang krusial lagi adalah pembajakan buku, saya pernah
dengar pernyataan seorang penulis mengenai bukunya yang dibajak, eh dia malah
senang bukunya dibajak, itu berarti bukunya laku dan dengan pembajakan bisa
tersebar lebih luas itu buku. Namun, saya kok resah sendiri ya, bukannya
kejahatan bajak membajak karya ini malah mempengaruhi semua orang yang berada
dibalik pengerjaan buku itu seperti editor, layouter, proofreader, distributor,
dan lain lain, emang mereka gak dibayar?
Untuk pembajakan karya, mestilah IKAPI dalam hal ini bertindak
serius, dan masyarakat haruslah cerdas, bahwa membeli buku sebaiknya yang
original. Saya sempat juga membeli buku bajakan, jauh sebelum buku saya terbit
(Gue Gak Cupu, GPU 2010) karena murah dan meski kualitas kertas dan kover parah
yang penting masih bisa dibaca, hanya saja setelah saya punya buku, huwaaa…baru
sadar, bagaimana perasaanmu bila bukumu dibajak, dan orang lebih memilih
membeli bajakannya, nah kena deh gue hehehe, dan Alhamdulillah udah tobat.
Mengenai harga buku, Indonesia termasuk, negara yang harga bukunya
melangit ngit ngit, apalagi kalau sudah sampai di toko buku, T_T toko buku
terkadang ekstrim juga mematok harga jual buku, #glek
Semoga deh, ke depan dunia penerbitan buku di Indonesia menjadi
lebih baik, aamiin oh ya, sinergi pemerintah juga amat sangat diharapkan,
ayolah Pak Presiden, harga BBM aja bisa naik, royalti dan honor penulis di
media juga dong Pak, hehehe, aamin semoga ya, penulis Indonesia makin
sejahtera.
#Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014. Tema Keenam: Masalah Krusial di Dunia Penerbitan Indonesia
Mari kita membajak sawah aja, Zee :)
ReplyDeleteBtw penulis dan penerbit saling membutuhkan. mestinya bisa lebih kompak dan terbuka soal royalti ya. :)
*dengan terpublikasinya komentar ini, terbuktilah bahwa saya bukan robot. :D *