Oleh: Zee
Shabrina
Kemanakah para wanita melarikan hatinya yang retak
retak?
Pertanyaan itulah yang menggelayut di hati
tiga wanita muda di depanku ini. Awalnya mereka hanya berdua saja, namun di
pertigaan jalan mereka bertemu dengan teman mereka, dan bersama-sama memutuskan
untuk singgah di sebuah café dan setelah itu bisa ditebak, bertaburan cerita
disela-sela makanan yang sesekali disendokkan ke mulut dan hisapan minuman di
setiap jeda cerita yang menyeretkan tenggorokan.
Wanita yang sedang patah hati memang sering
tidak bisa dipisahkan dengan makanan, lihat saja tiga wanita di depanku ini,
seorang yang belakangan aku tahu namanya Nayla memesan satu porsi burger yang
besar yakni dua tumpuk roti dan dua tumpuk daging sapi. Teman Big Burgernya,
Nay memesan Orange Float. Ah, aku tebak dia sepertinya memang lagi patah hati.
Sekilas Nayla memiliki postur tubuh yang imut-imut,sebelas dua belas dengan
artis Yuni Shara, tapi makannya itu loh, seperti ada roh seorang kuli bangunan
yang kelaparan merasuk di diri dia sehingga sanggup memesan burger sebesar itu.
Sedangkan dua temannya lagi masih bingung
hendak memesan apa. Tania sibuk mencari-cari nasi, baginya makan siang tanpa
nasi seperti burung terbang tanpa sayap, namun akhirnya dia menyerah, jauh-jauh
kesini hanya untuk makan nasi? Mungkin begitu pikirnya, dan ia pun memesan Egg
Burger serta teh botol tanpa es.
Berikutnya, sahabat Nayla, Faras, sebingung-bingungnya Tania lebih bingung lagi
Faras saat memesan makan siangnya. Meski belum ada penelitian tentang pengaruh
gaya memesan makanan dengan pengalaman mengejar cinta, tapi gaya Faras memesan
makanan tidak jauh beda dengan cerita cinta yang akan mengalir darinya.
Beberapa menit kemudian, setelah didesak Nayla agar segera memutuskan mau
memesan apa barulah Faras tersentak dan segera memesan Omelet Burger Belepotan
dan Cappucino Float. Nayla pun segera menuliskan pesanan mereka di secarik
kertas kecil lalu menyerahkannya ke kasir. Mereka kembali ke meja yang
dirancang agar bisa duduk lesehan. Dengan posisi meja paling sudut dengan
begitu dunia milik mereka.
Menunggu adalah pekerjaan paling membosankan
sedunia, tapi tidak dengan menunggu pesanan selesai dimasak. Menunggu makanan
cukup dengan cerita.
‘Ayolah, siapa ini yang mau memulai cerita?’
Nayla memulai pembicaraan
Aku menyimak dan bersiap-siap dengan catatan
dan pena buluku.
‘Kaulah dulu, Nay, hahaha’, desak Faras
‘Enak aja, secara dirimu yang heboh kali tadi
malam, sewaktu chatting di fesbuk,
pas kutanya tumben belum tidur? Dirimu jawab, aku lagi galau, galau yang
bahagia’
Faras tak berkutik, karena memang dia
penyebab pertemuan dadakan ini digelar, belum lagi penculikan dadakan juga
terhadap Tania yang ketemu di pertigaan dan langsung diseret-seret ke café ini.
‘Eh, gimana kabar skripsimu Tania, tadi
darimana aja?’ tanta Faras mencoba mengalihkan
‘Hahaha, sedikit lagi kok, oh ya pas kali
kita ketemu, aku juga tadi habis menyebarkan undangan pesta pernikahan abangku,
dating ya tanggal 23 bulan ini, eh undangan untukmu Nay, udah aku satukan
dengan undangan buat teman-teman kita sekelas dulu’
‘Aku kira ini undangan pesta pernikahanmu
Tan’, celetuk Faras
Mesti ya kemana-mana dulu ceritanya? Dari
cerita ke undangan pesta pernikahan, lalu membahas abang-abangnya Tania.
Kemudian rentetan pertanyaan Faras tentang kenapa kalau briptu pasti mencari
pasangan yang profesi dokter, kalau bukan dokter, pasti perawat. Nah loh,
kenapa? Aku pun tak tahu, tapi kemudian Tania menjelaskan, mungkin kayak kisah
para pejuang zaman dulu yang butuh seorang pendamping yang perawat atau dokter
agar memudahkan sepak terjang sang pejuang, jika terluka tembak ada yang
merawat, jika kena tusukan panah juga ada yang merawat.
Mataku seperti bola pingpong yang dilempar
sana sini, sebentar mendengar Faras komentar, lalu Tania yang menjelaskan
kemudian Nayla dengan sanggahannya.
Tak berapa lama pembicaraan yang memanas itu
kemudian mendapat jeda dari datangnya minuman Orange Float –nya Nayla, kemudian
teh botol-nya Tania dan Cappucino Float-nya Faras. Jika sudah ditemani minuman,
maka pembicaraan semakin tambah lengkap tinggal menunggu pesanan intinya
datang, maka makin lengkaplah ritual para wanita ini berbagi kisah.
‘Ini tentang kisah Mr. B itu Nay, ternyata
dia sudah menemukan penggantiku, tapi aku gak sedih lagi Nay, sepertinya Tuhan
menunjukkan siapa dia sebenarnya dan syukurlah aku tak perlu berlama-lama
termakan harapan palsu darinya, walau sebenarnya jika aku ingat-ingat, menyesal
juga aku, kenapalah kemarin itu aku bisa terbuai dengan segala harapan dan
janji manisnya’ Faras mulai berkisah
‘Aku memang galau Nay, tapi galau yang
membahagiakan, karena aku sudah tidak perlu lagi berprasangkan apakah masih ada
aku di hatinya, jika sudah begini, semuanya menjadi jelas. Namun, masalahnya
sekarang, gadis yang dekat dengan dia adalah adik kelasku di kampus, yang
sering curhat ke aku, dan aku tidak ingin gadis itu menjadi korban berikutnya
dari janji palsu Mr. B’, Faras lalu meneguk Cappucino Float-nya. ‘Menurutmu
Nay, Tan, apakah aku harus cerita ke gadis itu tentang kondisi Mr. B dan aku?’
Tania dan Nayla, terdiam sejenak dan
berpikir. Tak lama datang pesanan Nayla yakni Big Burgernya. Nay terpelongo,
burgernya memang besar. Bukan Nayla namanya jika tak berpoto-poto ria dengan
makanannya sebelum berpindah ke perut. Beruntung Tania bawa kamera, Nayla dan
Big Burger, habis bernarsis ria. Nayla membuka mulutnya lebar-lebar seolah
hendak memakan big burger sekaligus, lalu ‘klik, kemudian pose berikutnya Big
Burger, Nayla dan Faras sekaligus jadi objek poto. Klik.
dok. pribadi |
Nayla, dengan nafsu makannya yang sebenarnya
tidak besar tapi dibesar-besarkannya sebesar galau yang menelingkup hati dan
pikirannya beberapa hari belakangan.
‘Ya ampun, Nay, kesampaian juga niatmu buat
makan sebanyak-banyaknya hari ini’ canda Faras.
‘Iya, Fa, hahahaha’, Nay pun menjatuhkan Big
Burgernya yang tingginya sama dengan tiga apel yang ditumpuk jadi satu. Pada
lapisan atas ada roti, lalu saos tomat
dengan irisan keju yang banyak, kemudian daging, lalu timun, telur dadar, timun dan tomat kemudian daging
lagi dan terakhir irisan selada dan mayonais manis rasa kacang kemudian ditutup
dengan roti kembali. Sempurna! Nay, menyantap burgernya dari irisan roti paling
bawah. Inilah gaya makan burger versi Nay dengan menggunakan otak kanan.
Pengunjung yang duduk di ujung sana juga memesan hal sama, malah makan burger
dari irisan roti paling atas dan rapi sekali sedangkan Nay yang selebor dan
urak-urakan malah makan burger dengan sadis, makan dari irisan roti paling
bawah lalu memporak porandakannya dengan makan irisan daging setelah dicocol
dengan saos cabe.
Faras dan Tania hanya bisa tertawa melihat
tingkah Nayla saat membantai big burgernya yang tak lagi sempurna. Kisah pun
berlanjut. Nay mengiris roti yang telah dicocol dengan saos cabe serta perasaan
penuh gundah gulana. Burger yang malang.
‘Kalo aku weeeyy…aku sekarang sedang
digantung’, Nay cerita sambil mengunyah dan bersiap-siap mengiris daging dengan
pisaunya untuk menyusul sang irisan roti yang telah mendarat sukses di mulut
Nay. ‘Di gantung karena ia belum mau bercerita kenapa sampai mendiamkanku
hingga hari ini, memang awalnya adalah saat aku bercerita tentang bahwa
keluargaku tidak setuju aku menjalin hubungan dengannya, keluargaku memintaku
memutuskannya, karena ia bukan pegawai negeri, karena ia bukan sarjana’. Nay
mulai memasukkan daging ke mulutnya, mengunyahnya perlahan. ‘Sebenarnya,
keluargaku gak punya alasan menolak dia, tapi lebih kepada urusan mereka lah
sebagai orangtua yang belum selesai di masa lalu, kemudian ketika kami semakin
besar dan bertemu,kamilah yang jadi korban, dah gitu, mungkin karena aku belum
bisa memberi apa-apa ke keluargaku sehingga mereka belum bisa menerima dan
menghargai keputusanku. Sekarang, setelah seminggu lalu dia membombardirku
dengan sms-sms pertanyaan dan aku hampir tak kuasa membalasnya satu persatu,
dan berakhir dengan diam saat ia mengirimkan satu sms yang isinya aku percaya, bahwa cinta yang sebenarnya
adalah melepaskan bukan menggenggam. Sampai di sms itu, aku terus
mendesaknya untuk cerita, aku siap memberinya telinga, tapi dia belum bersuara
hingga saat ini’. Nay menghela napas dan meraih Orange Float-nya seolah daging
yang ia makan sulit sekali ditelan sesulit menjalani hari-hari tanpa komunikasi
yang jelas dari dia beberapa hari belakangan. ‘Sepertinya ia mulai menyerah
dengan hubungan ini, Tan, Fa, aku tidak mungkin memperjuangkan hubungan ini
sendirian. Ah, rasanya aku ingin mengganti nomor ponsel, lalu pergi
sejauh-jauhnya serta menenggelamkan diri dalam kesibukan, kesibukan kerja,
kerja dan kerja, menghabiskan waktu untuk orang membantu orang lain tanpa harus
sibuk memikirkan kebahagiaan sendiri. Dia tega, Fa, membiarkan aku tanpa
komunikasi yang jelas dari dia tentang maunya dia itu apa, aku jadi sedih,
Tan’. Nayla berhenti menyuapkan potongan telur dadar ke mulutnya, dan beralih
ke mengusapkan bulir air mata yang tanpa dikomandokan telah jatuh begitu saja.
‘Yang sabar ya Nay’ hibur Faras menepuk-nepuk
bahu Nayla. ‘Eits…pesanan Tania dan aku udah datang ni’, seru Faras. Egg Burger dan Omelet Burger Belepotan.
Huwaaa…aku jadi ikutan sedih mendengarkan
cerita Nayla, untung aku bawa selendang emas, walaupun sempat tertinggal tadi
di kahyangan.
Nayla secepat kilat menghapus air matanya,
dan segera beralih mencicipi Omelet Burger Belepotan-nya Faras. Teksturnya
adalah burger biasa, namun dengan lapisan keju yang dilelehkan sehingga pas
dibuka lapisan roti pertamanya, maka keluarlah lelehan keju, membikin air liur
orang kelaparan pasti akan mengalir. Nama ‘belepotan’ diambil dari kuah yang
disiramkan ke burger. Kuah yang dimaksud adalah topping untuk spaghetti yang ditumis kembali dengan irisan bawang
Bombay dan sedikit air lalu dimasak hingga kental. Sangat menggugah selera!
dok. pribadi |
Kalau Egg Burger-nya Tania biasa aja, hanya
burger biasa dengan lapisan daging dan ekstra telur dadar. Sejenak kesedihan
Nayla teralihkan dengan pesona Omelet Burger Belepotan-nya Faras. Mereka makan
dengan gembiranya seolah kegalauan itu telah terwakilkan dengan makan
sepuasnya.
‘Nayla udah cerita sampai termehek-mehek, aku
juga sudah dengan habis galau terbitlah bahagia walau ujung-ujungnya galau
lagi, hahaha, sekaraaanggg, giliran Tania niiihhh’ goda Faras terhadap Tania
yang dari tadi adem ayem saja.
‘Apa? Aku? Hahahah, aku membuat kesimpulan
aja ya dari kisah-kisah kalian’, Faras keselek roti mendengarkan ceplosan
Tania.
‘Gak, gak bisa gitu ya kan Nay, atau tidak
kita biarkan dia pulang dengan tenang dari cafĂ© ini, hahaha, sadis kan?’
‘Betul sekali’ setuju Nayla sambil mencicipi
kuah Omelet Burger Belepotan-nya Faras.
‘Oke oke, kisahku memang tidak sefantastis
kalian, tapi kami ini murni bersahabat, tak ada memasang target apapun, walau
hubungan ini telah berjalan dua tahun. Sempat memasang target tapi selalu saja
meleset, akhirnya let it flow saja.
Kami saling mendukung saja, ya memang layaknya sahabatlah. Ini dia lagi sibuk
ngurus S2 nya’, santai Tania menjelaskan kisahnya tak ada kerisauan berarti
disana, di matanya. ‘Semoga sembilan tahun cukup untuk mengenalnya sebagai
musuh saat di SMP dan sebagai sahabat di SMA, dan masih sebagai sahabat juga
saat masing-masing di perguruan tinggi, hehehehe. Terus, Fa, menurutku, kau
harus cerita sama adik kelasmu itu tentang Mr. B, dengan begitu ia bisa punya second opinion tentang Mr. B dan
hubungan yang ia jalani dengan Mr. B, karena Faraskan telah tahu
gimana-gimananya Mr. B, kasiankan teman Faras itu nantinya. Trus, seandainya
Mr. B bisa kita jadikan Burger, akan langsung aku makan dia hahahaha’, Gelak
Tania, sambil mengiris-iris roti burgernya.
‘Aku mikirnya juga gitu Tan’, setuju Faras
‘ Trus dirimu gak malu Fa, menceritakan
kisahmu dengan Mr. B karenakan dirimu korban Mr. B, ntar dia mikir, ih, kakak
ini aja yang aku tau kritis masih bisa kena janji palsu, jangan-jangan kakak
ini gak suka dengan hubunganku dan mau merusaknya?’ Nayla mencoba menganalisa.
‘Eh biar aja Nay, daripada nanti dia dengar
cerita aku dari orang lain, kan lebih parah jadinya, ntar aku pula yang
hubungannya rusak dengan adik kelasku itu, mending aku cerita langsung ke dia
dengan niat tulus membantu menasihatkan’ jelas Faras.
Nayla, Nayla, salut sama kemampuan menyantap
Big Burger-nya walau kecepatan makannya sudah tidak secepat saat pertama kali
dia makan. Tanda-tanda kenyang sudah mulai tampak dari wajahnya dan frekuensi
garpunya menyuapkan keju pelan-pelan.
Faras, dengan pisaunya menyayat roti hingga menjadi serbuk, ini
tanda-tanda kekenyangan-nya Faras dan Tania, mulai banyak minum bahkan memesan
segelas jus jeruk.
bendera putih, pertanda menyerah akan segala cobaan yg ada, hahaha :D |
Aku, sepertinya harus sudah beranjak kembali,
waktuku tak banyak. Ada banyak kisah yang harus aku kumpulkan hari ini. Akulah
peri pengumpul cerita cinta.
Kemanakah para wanita melarikan hatinya yang
retak-retak? Adalah pada burger, lapisan
dan demi lapisan dari burger itu menandakan bahwa masalah cinta di dunia ini
beragam mulai yang lembut dan lezat seperti keju dan mayonise, ada juga yang
berakhir tersayat-sayat seperti daging burger yang mesti disayat-sayat dulu dan
dicocol ke saos cabe baru mendapat akhir yang nikmat. Intinya, kisah cinta
tidak bisa dilahap sekaligus, bisa mati keselek burger atau mulut penuh tak
semuanya bisa terkunyahkan dan berakhir menjadi muntah. Dan karena cinta adalah
seperti proses menikmati burger, tak bisa dipaksakan, perlahan tapi pasti dan mampu
menentramkan tiap perut yang lapar akan cinta.
Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha