Pertama kali saya direkomendasikan untuk membaca tetralogi ini adalah dari seorang pelanggan dimana tempat saya bekerja sebagai salah satu staf di sebuah jasa sewa-menyewa buku dan CD Edukatif di Medan.
Saya memanggilnya Kak Husna. Dia merekomendasikan, bahwa dia telah membaca novel yang menceritakan perjuangan beberapa anak, bagaimana agar bisa terus bersekolah dalam keadaan sesusah apapun, walau di sekolah yang tak layak di sebut sekolah karena memang mirip seperti kandang kambing, yang memang pada saat petang tiba sekolah tersebut dijadikan kandang kambing.
Saya memanggilnya Kak Husna. Dia merekomendasikan, bahwa dia telah membaca novel yang menceritakan perjuangan beberapa anak, bagaimana agar bisa terus bersekolah dalam keadaan sesusah apapun, walau di sekolah yang tak layak di sebut sekolah karena memang mirip seperti kandang kambing, yang memang pada saat petang tiba sekolah tersebut dijadikan kandang kambing.
Saya mendengar ceritanya saja sudah tertarik dan sudah tergambarkan dipikiran saya. Ini Novel pasti menginspirasi dan bakalan banyak pelajaran yang dapat saya ambil.
Terbukti Laskar Pelangi telah membuat saya terharu, menangis, salut dan terinspirasi terhadap tokoh-tokohnya dan jalan ceritanya.
Beruntung saya telah membaca novel ini dan nyambung banget dengan keadaan saya sewaktu membaca novel ini. Keadaan yang dilematis, di satu sisi keinginan yang besar untuk melanjutkan study lagi setelah tamat Aliyah tapi disisi lain saya juga tidak bisa egois, saya mempunyai adaik-adik yang masih sekolah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Desperate bangetlah waktu itu…!
Belajar dari kisah Lintang dan semangat si Ikal untuk meneruskan perjuangan si Lintang yang gagal melanjutkan sekolahnya padahal dia punya potensi otak yang luar biasa jenius tapi harus kalah dengan keadaan yang menuntut Lintang untuk memilih antara sekolah atau menjadi tulang punggung keluarga setelah bapaknya meninggal. Si Ikallah yang meneruskan perjuangan Lintang. Saya sangat terinspirasi, saya jadi lebih banyak merenung, berpikir dan menangis bahwa saya masih lebih beruntung dari Lintang bahwa saya tidak boleh seperti Lintang, saya harus berjuang saya harus kejar mimpi dan cita saya, saya harus semangat. Saya hanya diberi kesempatan hidup di dunia hanya sekali dan saya harus melakukan yang terbaik yang saya bisa dengan yang saya punya.
Semangat untuk melanjutkan pendidikan semakin menggebu-gebu setelah melanjutkan sequel novel yang kedua berjudul Sang Pemimpi. Ada sebuah kalimat bijak yang sangat saya suka, kalimat ini dilontarka Arai saat menasihati si Ikal yang hampir putus asa:
Orang seperti kita memang tak punya apa-apa, kecuali semangat dan mimpi-mimpidan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu.
Waduh…!kalimat itu benar-benar membuka pikiran saya, saya termasuk orang yang hanya punya semangat dan mimpi-mimpi. Dan saya juga harus bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu.
Dan itu memang saya buktikan. Saya berhenti mengejar impian yang tidak saya suka yang hanya untuk menyenangkan orang tapi saya tidak nyaman dengan mimpi itu. Saya putuskan untuk mengejar apa yang menjadi impian saya. Kuliah di PTN tepatnya di IAIN SU di Fak. Tarbiyah Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Saya jalani prosedur USM dengan penuh semangat, tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang, masuk IAIN itu gampang tidak ada tantangannya, IAIN itu gampang cari nilai, di IAIN itu mahasiswanya kampungan, udik, ndeso….Bla…Bla. I don’t care. Keep Move out…Keep Fight!. Everything is depend on me. My Future is My mine.
Saya lakukan seperti yang Ikal lakukan saat mengejar beasiswa S2nya di Osborne, Perancis. Saya merinding kalau membaca bagian yang menceritakan itu semua. Kurang apa lagi mengusahakan itu semua. Kepala di kaki kaki di kepala. Ternyata semangat yang tinggi dapat mengalahkan rintangan apapun.SemangaaaaaaaaaaT!!!!!
Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha