-->
Menu
/

Judul Buku        : Hanya Cinta-Nya Tujuan Jiwa Ini Terlahir
Penulis               : Riawani Elyta & Risa Mutia
Halaman             : 234 halaman
Cetakan              : I , Agustus 2019
Penerbit              : Quanta

Teruslah berbuat baik meski itu melelahkan, karena lelahnya akan hilang sedangkan pahalanya, insyaAllah akan terus ada (Ustadz Hanan Attaki, Lc)
Ada salahsatu kisah paling terkenal dari rangkaian perjalanan dakwah Rasulullah SAW di awal kenabian, yaitu saat Rasulullah SAW mencoba mengalihkan dakwah langsung ke luar kota Mekah bersama Zaid bin Haritsah ke kota Tha’if.



Tha’if terletak 100 km sebelah tenggara Mekah, dengan ciri khas kota Tha’if yang terletak di pegunungan dengan ketinggian hampir 2000 m dpl. Tha’if juga merupakan kota dagang dengan hasil bumi dan perkebunan buah anggur yang subur.

Bisa dibayangkan ya, Rasulullah SAW kesana berjalan kaki naik turun gunung sejauh 100km, Allahuakbar T_T

Sesampainya di Tha’if, Rasulullah SAW langsung menemui tiga pembesar Thai’f yakni Mas’ud, Abdu Yala’il dan Habib dan meminta untuk umumkan kedatangan Rasulullah SAW namun mereka tidak menggubris, mereka malah menghasut para pemuda dan budak agar mengejek Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW pun pergi meninggalkan kota Tha’if sembari berlari sebab sepanjang jalan keluar kota itu Rasulullah SAW dihujani batu dan gemuruh caci maki, meski Zaid sudah berusaha melindungi Rasulullah SAW tetap saja darah suci Rasulullah SAW berceceran di sepanjang jalan.

Dalam perjalanan Rasulullah SAW berdoa pada Allah dan mengadukan apa yang terjadi, kemudian Allah mengutus Jibril. Jibril berkata bahwa ia siap untuk membenturkan dua gunung yang mengelilingi Tha’if agar semua penduduk disana terhimpit.

Namun, Rasulullah SAW yang jiwanya sudah Allah murnikan sejak kecil, tidak memilih itu, justru mendoakan penduduk Tha’if dengan doa yang keren sekali huhu.

‘Mereka seperti itu karena mereka tidak mengetahui bahwa aku membawa kebaikan, dan tidak tahu kalau aku seorang Nabi, jika mereka tidak menerima Islam saat ini, mudah-mudahan kelak, akan lahir dari tulang sulbi mereka keturunan yang menyembah dan beribadah kepada Allah’

Dua belas tahun kemudian doa Rasulullah SAW terkabul, penduduk Tha’if seluruhnya masuk Islam.

Bagiku kisah ini sangat membekas, ini masih satu dari sekian banyak keteladanan Rasulullah SAW, kalau kita baca semuanya, betapa akan meleleh hati ini huhu. 

Kisah perjalanan dakwah Rasulullah SAW di kota Tha’if kembali termaktub dalam buku yang sedang akan aku bahas berjudul Hanya Cinta-Nya Tujuan Jiwa Ini Terlahir, pada halaman 43.

Ada Apa dengan Buku Hanya Cinta-Nya Tujuan Jiwa Ini Terlahir ?


Di tengah dunia yang penuh fitnah akhir zaman ini, kita sering terlupa dengan hal-hal esensial dalam hidup, benarkah?

Buku Hanya Cinta-Nya Tujuan Jiwa Ini Terlahir semacam oase di tengah gurun jiwa yang kering.

Pada awal halaman disambut dengan prolog pertanyaan yang buat speechless

Adakah keinginan yang lebih besar daripada meraih cinta-Nya?
Jika cinta-Nya telah tertuju pada kita, masihkah kita memerlukan dunia dan seisinya?

Saat sebelum Rasulullah SAW wafat, malaikat maut bertanya, apakah Rasulullah SAW masih mau membersamai umatnya, atau Allah cukupkan tugas beliau? Rasulullah SAW lebih memilih menjumpai Rabb-nya, sang kekasih.

Agar Allah cinta dan ridho dengan kita, bagaimana caranya?

Buku ini mencoba memberikan motivasi penggugah jiwa yang insyaAllah menginspirasi kita agar terus berproses meraih cinta dan ridho Allah, agar kelak kita layak masuk syurga-Nya.

Dibagi dalam 3 bab,

Bab I , Tidak Ada Kebaikan yang Sia- sia
Bab II, Waktu adalah Kehidupan yang Terus Melaju
Bab III, Meraih Kebahagiaan Hakiki

Tidak Ada Kebaikan yang Sia-sia


Pada bab pertama buku yang ditulis oleh Riawani Elyta dan Risa Mutia ini membahas mengenai kebaikan, cuplikannya sudah aku bagikan di awal tulisan. Ada 22 tulisan motivasi lagi tentang kebaikan yang sangat bagus untuk dibaca.

Pada pembukaan bab I ada ayat Al-Qur’an yang menjamin orang-orang yang berbuat baik,

Maka Allah memberi pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan’ ( QS: Al Maidah : 85 )

Prinsip dari kebaikan yang bisa aku petik dalam bab ini, adalah ikhlas lakukan kebaikan, lakukan kebaikan sekecil apapun itu. Aku jadi teringat seorang yang dikisahkan Ustadz Abdul Somad dalam satu ceramahnya, bahwa ada kondisi mayat korban saat bencana Tsunami dahsyat di Aceh beberapa tahun silam yang masih utuh, setelah dicari siapa kawan dan saudaranya yang masih hidup agar memberi tahu amalan si mayit semasa hidupnya apa, ternyata bukan hafalan Qur’an atau amal kebaikan yang besar, tapi ketika si mayit masih hidup, ia tak pernah mau mendengarkan dan menceritakan aib orang lain. Sesederhana itu Allah muliakan makhluknya untuk satu perbuatan baik yang konsisten, masyaAllah tabarakallah.

Waktu adalah Kehidupan yang Terus Melaju


Aku pernah mendengar kalimat bijak bahwa dunia bukan tempat tinggal melainkan tempat meninggal, dunia juga tempat pemberhentian sejenak sedangkan akhirat tempat tinggal selamanya.

Kalau dipikir jika jatah usia kita distandarkan pada usia Rasulullah SAW wafat, 63 tahun, sekilas seperti lama, namun itu hanya sebentar kawan, dibanding perjalanan kita kelak tiba di alam kubur sampai pada hari perhitungan. Dan di dunialah tempat mengumpulkan bekal untuk pulang kampung ke akhirat, tempat menghilangkan penat untuk selamanya.

Maka, betapa waktu di dunia itu sangat rugi bila disia-sia kan, sehingga Allah menurunkan surah khusus mengenai waktu, saking pentingnya makna waktu.

Pada Bab II ada 11 tulisan inspiratif yang membuat membaca memaknai lagi arti waktu agar tidak tertipu kilau dunia, kemudian sampai pembahasan mengenai jebakan masa lalu, ada yang masih terjebak kenangan masa lalu?

Meraih Kebahagiaan Hakiki


Zaman sekarang, adakah yang masih mempertanyakan kebahagiaan itu apa ? Pasti ada ya, banyak banget malah huhu

Bagiku bahagia itu adalah bersyukur, bersyukur yang bagaimana? Bersyukur kata Ustadz Nouman Ali Khan dalam buku ini pada halaman 93, bukan hanya sebatas ucapan Alhamdulillah. Bersyukur adalah sikap. Itu adalah gaya hidup. Itu adalah cara berpikir. Teruslah bersyukur.

MasyaAllah adem yaaa, mau lebih adem lagi, ada 27 tulisan inspiratif lain pada Bab III Meraih Kebahagiaan Hakiki.

Kadang gak dipungkiri saking hectic-nya hidup, sampai lupa untuk bahagia huhu, Kalau demikian, berarti kita perlu jeda. Yuk, bahagia ^^

Optimis adalah Bingkai Cinta


Islam mengajarkan pemeluknya untuk tidak berpikir kerdil dan receh, maka menjadi optimis lebih baik, bahkan Allah serukan dalam Al-Qur’an,

…Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT ( QS. Yusuf: 87)

Setelah Bab yang membahas tentang bahagia, aku paling suka Bab yang mengenai optimis ini, apalagi pada halaman 220,

Semakin kita mendekati titik nadir penghambaan dan kepasrahan, maka solusi akan semakin dekat dengan kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana penyelesaian terbaik menurut Allah.

Tapi ya gak juga tiap ada masalah kita dekat sama Allah, tapi jika kita senang mendekat, menghamba pada Allah, entah kenapa Allah selalu cepat memberi jawaban atas setiap masalah. Jika dihadapkan pada pilihan, selalu bertanya, Allah senang gak ya dengan pilihan ini, Allah ridho gak ya? Dan pertanyaan batin dan menimbang-nimbang seperti ini, nikmat sekali, semoga Allah selalu membimbing kita dalam kebaikan.

Oleh penulis, BAB IV ini mendapatkan porsi tulisan inspiratif yang lebih banyak, ada 38 tulisan.

Hanya Cinta-Nya Tujuan Jiwa Ini Terlahir : Buku Motivasi Sarat Makna, Hikmah dan Perenungan Mendalam

Total ada 99 tulisan motivasi penggugah jiwa dalam buku bersampulkan pink muda dan diterbitkan oleh Quanta ini. Gak nyesal aku baca dan memiliki buku ini. Jika jiwa lagi lemah dan perlu suntikan motivasi, buku ini sukses dan tetap asyik dibaca lagi dan lagi.

Kelebihan dari buku ini, setiap judul tulisan, dibuka dengan kalimat hadis, potongan surah dalam Al Qur’an, lalu diakhir tulisan ditutup dengan kalimat bijak dari para ulama, sahabat Nabi. Ada juga kotak berisi simpulan dari tulisan yang membuat pembaca jadi lebih paham lagi. Kemudian ditulis dengan gaya gak kayak menceramahi pembaca.

Terlepas dari kelebihan yang ada, buku ini juga memiliki kekurangan seperti typo pada halaman 25, founder, sebaiknya ditulis miring, halaman 48, cirri, sebaiknya ditulis ciri, terakhir pada halaman 226 hiudp, seharusnya ditulis hidup.

Sekali lagi barokallah untuk penulis Riawani Elyta dan Risa Mutia, semoga tulisan dalam buku ini jadi amal jariyah, sebab menginspirasi banyak orang untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pemilik Jiwa, Allah SWT.


2 comments:

  1. Semangatt istiqomah walau banyak godaan memaksa..

    ReplyDelete
  2. Perlu buku ini untuk menerangi jiwa kita di saat lelah. Makasih reviewnya Mama Olil

    ReplyDelete

Terimakasih sudah membaca postingan di nufazee.com semoga bermanfaat. Mohon jangan masukkan link hidup saat mengisi kolom komentar. ^^ Biar gak capek kali ngapus broken link, ini kenapa jadi curhat haha

Powered by Blogger.